SURABAYA (Lenteratoday) – Setelah sepekan berlalu, jumlah korban jiwa akibat terjangan Badai Gabrielle di Selandia Baru menjadi 11 orang. Reuters juga mengabarkan ada lebih dari 6.000 orang masih dinyatakan hilang akibat hantaman Gabrielle di Pulau Utara hingga Minggu (19/2/2023) ini.
Dua korban tewas terbaru ditemukan pada Minggu (19/2/2023) di Hawke’s Bay, lokasi terparah akibat terjangan topan. Perdana Menteri Selandia Baru, Chris Hipkins, mengatakan korban tewas kemungkinan masih akan bertambah. Sebab, setidaknya masih ada 6.431 orang dinyatakan hilang. Sementara 3.216 korban hilang dilaporkan selamat.
Gabrielle pertama kali menghantam Pulau Utara Selandia Baru pada 12 Februari kemudian menyusuri pantai timur hingga membuat kerusakan meluas. Hipkins menyebut terjangan Badai Gabrielle sebagai bencana alam terbesar Selandia Baru abad ini.
Menurut dia, kehidupan warga telah dijungkirbalikkan akibat bencana dahsyat ini tersebut dan pemulihan seperti gunung terjal yang di hadapan. Pernyataannya itu merujuk pada putusnya saluran telekomunikasi serta rusaknya infrastruktur jalan yang menghambat upaya penyelamatan ke berbagai daerah.
“Tingkat sebenarnya dari kehancuran dan kerugian menjadi lebih jelas setiap harinya,” kata Hipkins, dikutip dari Reuters.
Dia menambahkan aliran listrik untuk sekitar 28.000 rumah tangga masih putus. Sejauh ini 12 negara telah menawarkan bantuan untuk Selandia Baru, termasuk mengerahkan petugas untuk pemulihan korban. Satu tim dari Fiji akan berangkat ke Selandia Baru dalam beberapa hari. Selain itu 27 personel darurat dari Australia ikut membantu pencarian. (*)
Sumber : Tempo | Editor : Lutfiyu Handi