Surabaya – Lamanya hasil swab test untuk mengetahui apakah terinfeksi Covid-19 berdampak pada timbulnya keresahan warga dan juga stigma kurang bagus bagi pasien. Untuk itu Barisan Pemuda Peduli Covid-19 (BPPC) Bangkalan mendesak pemerintah provinsi untuk memperbanyak bantuan Catridge ke RSUD Bangkalan, sehingga hasil swab bisa cepat keluar.
Aspirasi pemuda Bangkalan ini disampaikan ke Komisi E DPRD Jatim untuk bisa disampaikan ke Provinsi Jatim. Ketua Barisan Pemuda Peduli Covid-19, Ahmad Annur menyebutkan saat ini masyarakat resah karena stigma setelah melakukan pemeriksaan di rumah sakit. “Kita melihat gejolak yang ada di masyarakat karena lambatnya hasil tes swab karena menunggu satu sampai satu bahkan sampai dua minggu. Di masyarakat ini terjadi gejolak. Terus ada beberapa yang meninggal masih dalam status PDP dan sebelum hasilnya keluar,” katanya Kamis (11/6/2020).
Dia menambahkan, akibat stigma negatif terhadap pasien PDP ini mengakibatkan adanya penolakan dari masyarakat khususnya pada pasien yang meninggal. Bahkan sempat ada pengantar jenazah yang mobilnya dilempari karena menolak jenazah masuk ke lingkungan mereka. “Makanya kami menyampaikan aspirasi ini karena untuk menjaga stabilitas di bawah,” katanya.
Dia berharap dari pertemuan dengan Komisi E ini akan ada hasil yang menggembirakan yaitu pengiriman alat swab ke Bangkalan. “Katanya akan dikoordinasikan dengan BPBD Jatim untuk mengirimkan alat ke Bangkalan. Kemudian kami juga diminta untuk mengirimkan proposal kebutuhannya apa saja,” katanya.
Dia menandaskan bahwa, hingga saat ini, pasien positif Covid-19 di Kabupaten Bangkalan mencapai 104 orang dan yang sembuh sebanyak 15 orang. Sedangkan PDP sebanyak 32 orang, Jumlah pasien ini diperkirakan terus meningkat.
“Selama ini, Rumah Sakit Bangkalan untuk tes Swab/PCR masih harus diantarkan ke RSUD dr Soetomo. Hasilnya bisa satu minggu dan bahkan sampai dua minggu. Ini jelas menjadi beban pasien yang sudah dianggap terpapar Corona.
Dia menandaskan sudah ada 24 PDP yang meninggal dunia dan tidak sempat terkonfirmasi. Hal ini dikarenakan lamanya hasil tes. “Sementara proses pemakaman dilakukan standar jenazah covid-19. Ini jelas membuat resah dan berpotensi menimbulkan gejolak sosial,” terang dia.
Sementara itu, anggota Komisi E DPRD Jawa Timur, dr Benjamin Kristianto meminta cara komunikasi rumah sakit jangan sampai salah. Tidak ada kesalahan covid-19, apalagi hasil rapid test negatif atau non reaktif.
Anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sidoarjo ini menyatakan tidak seharusnya pasien yang akan memeriksakan kesehatan menjadi takut. Lanjut dr Benjamin, menyebutkan sebelum ada covid-19, pasien penyakit dengan gambaran kelainan rontgen paru biasa terjadi, spt Tb paru, bronchitis kronis, broncheaktasi, bahkan pneumoni itu sendiri. Komisi membidangi kesehatan ini segera melanjutkan pengaduan perwakilan masyarakat ke Pemprov Jawa Timur, dan Kementarian Kesehatan RI.
“Jangan semua kasus penyakit didiagnosa sebagai penderita atau terpapar covid-19. Harus ditanyakan dasarnya apa, kalau ada fleg pada paru juga belum tentu covid dan dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut,” tegas dia. (ufi)