JAKARTA (Lenteratoday) – Antibodi terhadap virus corona (Covid-19) yang didapatkan oleh warga yang tinggal di wilayah aglomerasi lebih tinggi dibandingkan kabupaten/kota lainnya. Ini diungkapkan oleh tim sero survei dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI).
Temuan itu didapatkan dari survei seroprevalensi pada November-Desember 2021. Seroprevalensi ini adalah survei dan penelitian yang dilakukan untuk menghitung jumlah individu dalam suatu populasi yang menunjukkan hasil positif untuk penyakit tertentu berdasarkan spesimen serologi atau serum darah.
Seroprevalensi atau Sero survei dilakukan berdasarkan wilayah aglomerasi sebanyak 9 provinsi, 47 kabupaten/kota, dan wilayah non aglomerasi yang terdiri dari 25 provinsi 53 kabupaten/kota.
Target sampel untuk wilayah aglomerasi adalah 514 desa/kelurahan dengan target sampel 10.280 penduduk. Namun yang terkumpul ada sekitar 92,8 persen atau 9.541 penduduk.
Sementara di wilayah non aglomerasi ada 580 desa/kelurahan dengan total target sampel 11.600 penduduk, sementara yang terkumpul 93,6 persen atau 10.969 penduduk.
“Wilayah aglomerasi memiliki proporsi penduduk dengan antibodi lebih tinggi yakni 90,8 persen daripada wilayah non aglomerasi 83,2 persen. Sedangkan penduduk yang belum divaksin di wilayah aglomerasi memiliki proporsi antibodi 75,7 persen dan non aglomerasi 73,0 persen,” kata Anggota Tim Pandemi FKM UI Iwan Ariawan dikutip dari situs resmi Kemenkes, Senin (21/3).
Iwan melanjutkan, responden dalam sero survey kali ini merupakan penduduk Indonesia yang berusia 1 tahun ke atas. Sampel secara acak terpilih 20 penduduk sebagai sampel utama dan 60 penduduk sebagai sampel cadangan di setiap desa atau kelurahan terpilih.
“Hasilnya secara umum 86,6 persen penduduk Indonesia usia di atas 1 tahun pada bulan November-Desember 2021 sudah memiliki antibodi terhadap SARS-CoV-2,” kata dia.
Lebih lanjut, Iwan merinci seluruh klasifikasi penelitian, berdasarkan kabupaten/kota, wilayah kota memiliki proporsi penduduk dengan antibodi lebih tinggi yakni 91,8 persen dibandingkan wilayah kabupaten dengan proporsi 83,4 persen.
Sedangkan pada kelompok yang belum divaksin di kabupaten, proporsi yang memiliki antibodi mencapai 71,4 persen, dan yang belum dapat vaksin di wilayah kota 79,5 persen.
Kemudian perbedaan antara Jawa-Bali dan luar Jawa-Bali. Untuk wilayah Jawa-Bali dengan penduduk yang sudah divaksin Covid-19 memiliki proporsi penduduk dengan antibodi lebih tinggi yakni 91,3 persen dibandingkan luar Jawa-Bali yang mencapai 84,1 persen.
Sementara pada penduduk yang belum di vaksin di luar Jawa-Bali proporsi antibodi mencapai 74,1 persen, sedangkan di Jawa-Bali proporsi mencapai 73,2 persen.
Selanjutnya, apabila dilihat berdasarkan kelompok yang belum pernah terdeteksi virus corona dan yang belum divaksin pada saat November dan Desember 2021 ada 73,9 persen warga yang sudah memiliki antibodi.
Bagi orang yang sudah mendapatkan vaksinasi dosis pertama memiliki proporsi antibodi yang lebih tinggi yakni 91,3 persen pada November sampai Desember 2021. Sementara untuk orang yang sudah vaksin dosis kedua proporsi antibodinya lebih tinggi lagi yakni 99,1 persen.
Selain itu, kelompok yang pernah terdeteksi Covid-19 dan sudah divaksin lengkap memiliki antibodi lebih tinggi sebanyak 99,4 persen, ketimbang dosis satu dengan persentase 88 persen.
Kendati demikian, Iwan mengingatkan bahwa mereka tetap saja berisiko untuk terinfeksi Covid-19. Hanya saja besar kemungkinan mereka hanya akan mengalami gejala ringan atau tidak bergejala sehingga tidak memerlukan perawatan insentif di fasilitas kesehatan.
“Mereka masih mungkin terinfeksi tapi risiko terjadinya sakit parah kemudian meninggal akan jauh lebih berkurang,” ujar Iwan.
Sumber : CNN | Editor : Endang Pergiwati