JAKARTA- Perubahan dunia kepada disrupsi digital tidak dapat dihindari. Tak hanya itu, generasi milenial juga dihadapkan pada Revolusi Industri 4.0 yang menuntut keterampilan bisnis dan cara kerja yang baru. Walhasil, pengembangan sumber daya manusia (SDM) agar sesuai dengan tuntutan zaman menjadi satu keharusan.
SDM yang kreatif dan memiliki keterampilan yang mendalam yang saat ini diperlukan untuk memastikan keberlanjutan daya saing tenaga kerja nasional. Pengetahuan dan keterampilan yang tertanam dalam individu Indonesia adalah bibit unggul yang akan mendorong inovasi, produktivitas, dan pertumbuhan Bangsa.
“Seperti dikutip dari Gerd Leonhard, ‘Futurist’, secara global era digitalisasi akan menghilangkan sekitar 1 – 1,5 miliar pekerjaan sepanjang tahun 2015-2025 karena digantikannya posisi manusia dengan mesin otomatis,” Ujar Dr.Ir. Jamhadi, MBA saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional dan Deklarasi Perkumpulan Doktor Indonesia Maju (PDIM) di Universitas Respati Kampus B, Jakarta Timur, Minggu (22/12).

Direktur Kadin Institute ini mengatakan ancaman lain adalah diestimasi bila di masa depan, 65% murid sekolah dasar di dunia akan bekerja pada pekerjaan yang belum pernah ada di hari ini.”Saat ini saja anak-anak bercita-cita sebagai youtuber. Di era 70an hingga 90-an hal itu belum pernah terbayangkan,” katanya.
Meski demikian, di sisi lain kondisi ini menciptakan berbagai peluang baru. Era digitalisasi berpotensi akan memberikan peningkatan net tenaga kerja hingga 2.1 juta pekerjaan baru pada tahun 2025. Selain itu, terdapat potensi pengurangan emisi karbon kira-kira 26 miliar metrik ton dari tiga industri: elektronik (15,8 miliar), logistik (9,9 miliar) dan otomotif (540 miliar) dari tahun 2015-2025 (World Economic Forum).
“Bahkan, saat ini beberapa jenis model bisnis dan pekerjaan di Indonesia sudah terkena dampak dari arus era digitalisasi. Toko konvensional yang ada sudah mulai tergantikan dengan model bisnis marketplace.Taksi atau Ojek Tradisional posisinya sudah mulai tergeserkan dengan moda-moda berbasis online,” jelas CEO PT. Tata Bumi Raya ini.
Untuk memanfaatkan peluang itu sebaik mungkin, generasi saat ini harus memiliki skill yang dibutuhkan industry masa depan. Salah satunya adalah Complex Problem Solving yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah yang asing dan belum diketahui solusinya di dalam dunia nyata.
Social Skill adalah kemampuan untuk melakukan koordinasi, negosiasi, persuasi, mentoring, kepekaan dalam memberikan bantuan hingga emotional intelligence
“Ada juga yang disebut Process Skill yaitu kemampuan yang terdiri dari: active listening, logical thinking, dan monitoring self and the others,” tutur Co-founder Surabaya Creative City Forum (SCCF) tersebut.
System Skill juga tak kalah penting. Yaitu kemampuan untuk dapat melakukan judgement dan keputusan dengan pertimbangan cost-benefit serta kemampuan untuk mengetahui bagaimana sebuah sistem dibuat dan dijalankan.
Melihat banyaknya kemampuan dan keahlian yang harus dipersiapkan generasi saat ini, Jamhadi mengatakan banyak Pekerjaan Rumah (PR) yang harus diselesaikan bersama-sama oleh pemerintah dan seluruh stakeholder negeri ini.”Harus ada komitmen peningkatan investasi di pengembangan digital skills,” tegas Dewan Pembina ISMI Jawa Timur ini.
Selain itu juga selalu mencoba dan menerapkan prototype teknologi terbaru, Learn by doing.Menggali bentuk kolaborasi baru bagi model sertifikasi atau pendidikan dalam ranah peningkatan digital skill. Juga harus ada kolaborasi antara dunia industri, akademisi, dan masyarakat untuk mengidentifikasi permintaan dan ketersediaan skill bagi era digital di masa depan
“Menyusun kurikulum pendidikan yang telah memasukan materi terkait human-digital skills hingga pengembangan program vokasi menjadi penting,”lanjut Jamhadi.
Pengembangan program vokasi terdiri dari peningkatan kualitas SDM untuk menyiapkan kebutuhan kompetensi dalam menyongsong era industri 4.0 dan ekonomi digital. Harus ada strategi perbaikan pendidikan dan pelatihan vokasi antara lain: reformasi kelembagaan, pengembangan standar kompetensi, pembakuan mekanisme pemagangan dan pendanaan.
“Salah satu tantangan yang harus ditaklukkan adalah menciptakan tenaga kerja berkualitas dan terampil yang dibutuhkan Indonesia. Dan ini salah satunya harus dihasilkan oleh Perguruan Tinggi yang bermutu,” tutup pria yang juga merupakan Ketua Umum Yayasan Kedaulatan Pangan Nusantara Wilayah Jawa Timur ini.(*)