FLORES TIMUR (Lenteratoday) – Tiga hari pascaerupsi Gunung Lewotobi Laki-laki, Kementerian Sosial (Kemensos) terus memberikan perhatian pada pada korban. Diantaranya adalah penyaluran santunan kepada delapan dari sembilan ahli waris korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) oleh Wakil Menteri Sosial Agus Jabo Priyono pada Rabu (6/11/2024).
Selain itu, Kemensos juga mendirikan dapur umum di posko pengungsian terpusat yang berada di dua titik, yaitu dapur umum posko Desa Konga dan dapur umum posko Desa Lewolaga di Kecamatan Titehena. Ada 2.783 jiwa atau 62 persen dari total pengungsi di Kabupaten Flores Timur di lokasi itu.
Keberadaan dapur umum ini juga menjadi perhatian Wamensos Agus Jabo Priyono dengan melakukan pengecekan. Bahkan pengecekan juga pada beberapa fasilitas umum seperti kamar mandi dan sumber penerangan di lokasi pengungsian.
“Airnya dari mana pak, cukup untuk kebutuhan mandi dan air pengungsi?” tanya Wamensos Agus kepada salah seorang Taruna Siaga Bencana (Tagana) yang sedang bertugas di posko pengungsian, Kamis (7/11/2024).
Dalam kunjungannya tersebut, Wamensos Agus berupaya memastikan kenyamanan para pengungsi yang berada di tenda milik Kemensos.
Sementara itu, dapur umum Kemensos yang berada di Desa Konga sudah berdiri sejak Senin (4/11/2024) dan melayani sebanyak 1.130 pengungsi.
“Makanan dibuat untuk makan pagi, siang, dan malam dengan variasi menu,” kata Yulius, Tagana Flores Timur yang bertugas di dapur umum.
Lokasi pengungsian di Desa Konga berada di bangunan TK Kartini Konga dan SD Katolik Konga yang terletak di dalam satu wilayah yang sama. Saking luasnya area tersebut, ketika menjelang waktu makan, petugas dapur umum mengumumkannya melalui pengeras suara untuk mempermudah mobilisasi para pengungsi.
Petugas dapur umum yang dikerahkan untuk melayani kebutuhan makan pengungsi erupsi Lewotobi dikerahkan dari berbagai unsur, mulai dari Tagana sebagai garda terdepan dan dibantu juga oleh pengurus Kampung Siaga Bencana, Polres Flores Timur, dan Kodim 1624 Flores Timur.
“Kami ikut bantu saat evakuasi dan juga bertugas di dapur umum. Kemarin juga dari Persatuan Istri Tentara (Persit) sudah memberikan bantuan,” kata Danramil 1624/01 Flores Timur, Kapten Inf. Paulus Ibi Weking saat ditemui di sela-sela kunjungan Wamensos Agus.
Berbagai pihak saling bahu-membahu memberikan bantuan secepat dan setepat mungkin agar situasi gawat darurat yang menimpa para penyintas dapat teratasi.
Sementara, santunan juga diberikan kepada korban terluka sebagai bentuk kepedulian pemerintah terhadap keluarga terdampak erupsi. “Berikut ada sedikit bantuan dari Kemensos untuk pengobatan, semoga segera pulih dan dapat beraktivitas kembali,” kata Wamensos Agus ketika menjenguk para korban luka-luka akibat erupsi di RSUD dr. Hendrikus Fernandez, Flores Timur pada Rabu (6/11/2024) malam.
Bagi korban meninggal dunia, setiap ahli waris menerima santunan sebesar Rp15 juta per jiwa. Sementara bagi korban luka berat sebesar Rp5 juta per jiwa.
Menurut Plt. Direktur Perlindungan dan Jaminan Sosial Korban Bencana Alam (PSKBA) Masryani Mansyur, dari sembilan korban yang tercatat meninggal, tim Kementerian Sosial masih mencari satu ahli waris yang belum ditemukan atas nama Yohanes Witin.
“Tim Kemensos terus berupaya menemukan ahli waris ini agar bantuan segera tersalurkan,” ujarnya.
Wamensos Agus menyerahkan uang santunan sebesar Rp90 juta kepada ahli waris enam orang korban meninggal yang merupakan satu keluarga. Santunan diterima oleh Ibu Agnes Sulajar.
Santunan ini diberikan untuk para korban meninggal yaitu Kanisius Laga Lajar, Agustina Luo Luon, Andreas Baha Lajar, Paskalis Yohanes Goe Lajar, Theresia Toja, dan Yohanes Baha Buto Lajar.
Ibu Agnes mengisahkan bahwa erupsi terjadi tiba-tiba sekitar pukul 01.00 WITA dini hari saat hujan deras. Ketika itu, ia sedang terbangun di tengah malam saat akan membuat susu untuk anaknya. Tidak lama kemudian, suara gemuruh dan batu besar yang menyala menghantam rumah mereka.
Agnes yang terbangun di tengah malam itu kemudian berhasil menyelamatkan diri beserta anak-anaknya keluar rumah. Sedangkan orang tua dan empat saudaranya yang masih terlelap menjadi korban meninggal.
Rumah keluarga Agnes berada di Desa Klatanlo, Kecamatan Wulanggitang yang berjarak sekitar 3,6 kilometer dari puncak gunung.
Sementara itu, di lokasi pengungsian di Desa Lewolaga, Wamensos Agus berdialog dengan para pengungsi dan memberikan dukungan moral agar mereka tetap semangat dalam menghadapi bencana ini.
Wamensos menegaskan bahwa negara akan selalu ada untuk mendampingi masyarakat dalam kondisi apapun dan mengajak pengungsi untuk saling menguatkan.
Pada kesempatan tersebut, Wamensos turut mengunjungi para korban luka-luka yang dirawat di RSUD dr. Hendrikus Fernandez Flores Timur.
Dari enam korban yang sempat dirawat, empat masih menjalani perawatan dan masing-masing menerima santunan sebesar Rp5 juta.
Salah satu korban yang dikunjungi Wamensos Agus adalah Niklous Napamare (94), yang terluka di bagian kaki akibat batu panas. Putri Niklous, yaitu Lusia Linumare, menceritakan bahwa saat kejadian, keluarga berusaha keluar dari rumah, tetapi ibu dari Niklous, Yosefena Walikedang, tewas karena terkena batu panas.
Wamensos Agus memberikan penguatan kepada para korban luka-luka dengan mendoakan dan memberikan semangat.
Melalui Kementerian Sosial, Pemerintah berkomitmen untuk terus mendampingi dan memastikan bahwa seluruh kebutuhan pengungsi serta ahli waris korban terpenuhi dengan baik hingga mereka dapat menjalani kehidupannya dengan normal kembali. (*)
Sumber : Kemensos | Editor : Lutfiyu Handi