SURABAYA (Lenteratoday) – Jika Kota Malang punya Kampung Warna Warni, Kota Surabaya juga tak kalah dengan keberadaan Kampung Pelangi Sontoh Laut (Kapsol). Berlokasi di RW 2 RT 3, Kelurahan Tambak Sari Oso, Kecamatan Asemrowo, kampung ini masih baru, tepatnya pada April 2021.
Kampung ini dihuni 52 KK, sebagian mata pencaharian masyarakat adalah nelayan dan buruh pabrik. Sebelum menjadi kampung pelangi, kampung tersebut terlebih dahulu dikenal sebagai pengelolaan sampah terbaik di Kota Surabaya.
Eko Prasetyo (37) Ketua RW setempat, mengatakan, pihaknya melakukan inisiatif sejak tahun 2017, dimulai dari penataan internal. Proses pengerjaan memakan waktu 1 bulan dalam program padat karya.
“Warga sendiri yang mengerjakan rumah masing-masing dengan mengecat warna warni. Tidak ada motif tapi tampilannya berbeda beda. Kemudian tidak boleh dijasakan,” ujarnya, Rabu (22/9/2021).
Cat sendiri, kata Eko, adalah dukungan yang diberikan oleh PT Pelindo. Bagi pemilik rumah yang ikut berpartisipasi diberi upah senilai Rp 500 ribu.
“Upahnya diambil melalui ketua RT. Cat yang dipakai juga gratis. Maka dari itu tidak boleh dijasakan atau dikerjakan sama orang lain,” jelasnya.
“Kalau dari pemerintah berupa pendampingan UMKM pemanfaatan lahan sempit. Produk yang dihasilkan adalah Kerupuk Ikan Payus dengan bahan murni dari Ikan Payus, Bandeng Otak Otak, Bandeng tanpa duri, Lubis, Kolak, Ketan,” imbuhnya.
Eko menuturkan, alasan utama dibentuk kampung ini untuk penguatan ekonomi. Seperti kunjungan para kader lingkungan, hingga studi banding mahasiswa. Hal tersebut dilakukan karena ingin menghilangkan kesan kampung kumuh.
“Banyak wisatawan, kader kader, studi banding beberapa universitas. Kemarin Wali Kota dan Wakil Walikota Surabaya memilih Kapsol sebagai peserta kampung wisata tingkat internasional,” ucapnya.
Selain itu, dari pemerintah juga memberikan bentuk bantuan program keikutsertaan dalam kegiatan Surabaya Service City, Program Merdeka Sampah. Disamping konsep kampung ditunjang Pelindo.
“Rencana kedepan mau buat konsep kampung wisata edukasi petani tambak soal mangrove. Rencana juga sosialisasi kerja sama dengan kepala sekolah TK, taman pendidikan untuk anak anak mengenalkan lingkungan,” ucapnya
“Edukasi kampung sendiri ada urban farming hidroponik, budi damber ikan lele, bank sampah dua minggu sekali, pengelolaan kompos, dan budidaya maggot,” jelasnya.
Eko berharap, melalui Kampung Pelangi bisa memberikan motivasi kepada wilayah lain supaya bisa maju. Serta, pemberdayaan masyarakat bisa tumbuh di kampung pelangi.
“Rencana kedepannya juga setelah November atau pertengahan Desember akan ada pemandangan di jogging track, gazebo, UKM pesisir, tarif awal Rp 5 ribu untuk parkir di lapangan, selain ada taman hidroponik. Jadi sementara edukasi dulu,” tuntasnya. (Ard)