JAKARTA (Lenteratoday) – Sejak Twitter diakuisisi oleh Elon Musk, sejumlah pengguna memilih bermigrasi ke media sosial lain. Para pengguna rupanya merasa cemas dengan beberapa kebijakan bos Twitter, salah satunya adanya pemecatan dari bos baru Elon Musk.
Sementara media sosial yang menjadi sasaran para migran Twitter adalah Mastodon. Media sosial ini sendiri telah ada sejak 2016. Namun namanya baru mencuat belakangan ini setelah akuisisi Twitter oleh Elon Musk.
Beberapa orang memilih rehat dari Twitter dan beralih ke Mastodon untuk menuangkan pikiran mereka. Orang-orang itu merasa resah lantaran Twitter di bawah Elon Musk memecat banyak karyawan, memunculkan kontroversi lewat perubahan produk, dan perubahan pada moderasi konten.
Secara umum, Mastodon jelas belum menandingi Twitter. Namun ia menawarkan servis yang mirip dengan media sosial berlambang burung biru tersebut.
Lini masa (timeline) Mastodon menghadirkan pembaruan secara kronologis daripada algoritmis. Media sosial ini membiarkan para penggunanya untuk bergabung dengan banyak server berbeda yang dijalankan berbagai kelompok dan individu.
Tak hanya itu, Mastodon juga gratis dan bebas dari iklan. Ia dioperasikan secara non profit oleh kreatornya, Eugen Rochko dan mendapatkan dana secara patungan.
Rochko mengatakan, Mastodon mendapatkan 230 ribu pengguna sejak 28 Oktober, atau tanggal di mana Musk resmi mengakuisisi Twitter. Kini, Mastodon punya 655 ribu pengguna aktif setiap bulan.
“Mastodon tidak sebesar Twitter, tentu saja. Tetapi jumlah itu menjadi yang terbesar sejak media ini muncul,” kata Rochko.
Lantas, siapa saja yang telah bergabung ke Mastodon?
Beberapa figur kenamaan di Amerika Serikat (AS), telah bergabung di sini antara lain komedian, Kathy Griffin; jurnalis, Molly Jong-Fast; dan profesor di UCLA, Sarah T. Roberts. Roberts mulai menggunakan Mastodon karena khawatir soal moderasi Twitter di bawah Elon Musk.
Roberts sendiri pernah menjadi staf periset di Twitter pada awal tahun ini saat rehat dari aktivitas di kampus. Roberts diketahui merupakan Direktur Fakultas di UCLA Center for Critical Internet Inquiry.
Terkait Mastodon, Roberts mengatakan banyak pengguna Twitter migrasi ke Mastodon karena mereka melihat adanya kemiripan antara kedua media sosial itu. Banyak fitur di Mastodon dan tampilannya terasa familiar bagi pengguna Twitter.
Hanya saja, tetap ada perbedaan antara Mastodon dan Twitter. Jumlah pesan di Mastodon terbatas 500 karakter, namun pengguna bisa mengirim foto dan video.
Tak hanya itu, pengguna juga bisa memfavoritkan atau mengunggah ulang unggahan pengguna lain dll. “Twitter dan Mastodon akan semakin mirip,” kata Roberts.
CNNIndonesia.com mencoba mengunjungi versi desktop dari Mastodon di mastodon.social. Di sana, terlihat tampilan Mastodon sepintas mirip Twitter.
Ia memiliki tombol mirip tombol retweet, dan favorit. Tampilan unggahan pengguna pun ditaruh di bagian tengah, mirip dengan Twitter.
Mastodon sendiri memiliki logo wajah hewan mastodon yang merupakan leluhur gajah. Jika Twitter memilih warna biru sebagai logonya, Mastodon memilih warna ungu dengan gradasi.
Sumber : CNN | Editor : Endang Pergiwati