LAMONGAN (Lenteratoday) – Pemkab Lamongan melalui Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air (PU-SDA) terus berupaya untuk mengatasi banjir di kawasan Kecamatan Turi yang sudah berlangsung selama 3 minggu ini.
Kepala Dinas PU-SDA Lamongan, Djupii, mengatakan pihaknya telah menurunkan tim untuk memantau langsung pembuangan air ke Bengawan Solo. “Kita optimalkan beberapa alat pembuang air, juga akan kita pinjamkan alat dari Pemprov Jatim guna mempercepat surutnya air banjir,” katanya, Kamis (16/12/2021).
Dia menjelaskan bahwa datangnya musim hujan yang lebih cepat tahun ini serta intenstas hujan yang cukup tinggi menjadi salah satu penyebab banjir. Terlebih lagi di kawasan Kecamatan Turi ini dialiri sungai yang termasuk kawasan hilir yakni Bengawan Jero.
“Mamang banjir datang lebih dulu tahun ini, intensitas hujan pun terhitung lebat dengan rata-rata 60 persen perharinya,” kata Djupri.
Sementara itu, warga hanya bisa pasrah dan berharap ada langkah cepat dari pemerintah supaya banjir cepat teratasi. Banjir yang sudah berlangsung 3 minggu ini menggenangi jalan utama, sehingga membuat roda perekonomian terkendala.
Kondisi ini dirasakan hampir seluruh warga yang kebanyakan berprofesi sebagai petambak. Banjir akibat luapan Sungai Bengawan Bero itu terus meninggi dan meluas hingga ke pemukiman warga.
Yang paling terimbas banjir adalah warga di Desa Kemlagi Lor, Kecamatan Turi, Lamongan. Di sana air banjir terus meninggi hingga mencapai lutut orang dewasa atau 60 cm.
“Aktivitas sehari-hari warga ya terganggu mas, wong jalan poros antar kecamatan ini terendam banjir,” kata Gufron, seorang sopir pickup yang biasa membawa ikan untuk dijual ke Pasar Ikan Lamongan saat dijumpai wartawan, Kamis (16/12/2021).
Dengan nada pasrah, para warga hanya bisa menanti kapan air bisa surut dan bisa melakoni pekerjaan kembali. “Mau bagaimana, kami hanya bisa pasrah dengan kondisi ini yang hampir setiap tahun terjadi,” tandasnya.
Tak hanya warga setempat, pengemudi yang melintas di kawasan banjir itu juga terpaksa harus mendorong kendaraan mereka lantaran nekat melintasi jalan yang banjir.
“Jalan terdekat ya disini, banyak kendaraan yang mogok karena nekat melintasi banjir, terutama roda 2,” terang Sri, warga desa lainnya.
Tak jarang kondisi tersebut, memaksa warga untuk menggunakan kendaraan alternatif yakni perahu untuk menyiasati alat tranportasi motor yang sudah tak efisien di musim banjir.
“Perahu ini bisa mengantarkan warga yang di sini ke desa sebelah yang tidak kebanjiran,” keluh Sri saat menceritakan nasibnya menghadapi banjir yang tak tertangani di Lamongan.(*)
Reporter : Adyad Ammy I
Editor : Lutfiyu Handi