SURABAYA (Lenteratoday)- Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) bersama Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), siap menjadi pelopor pertolongan pertama luka psikologis dalam Kampanye Pertolongan Pertama pada Luka Psikologis (P3LP) di kampus.
Direktur Kesehatan Jiwa Kemenkes RI, dr. Imran Pambudi, M.H.P.M menyoroti peran strategis Unusa, sebagai institusi pendidikan yang berbasis pondok pesantren.
Menurutnya lingkungan pesantren menjadi salah satu area prioritas, dalam upaya penguatan kesehatan jiwa di Indonesia.
“Sempat berbincang dengan perwakilan PW Nahdlatul Ulama, saya teringat Unusa yang memprioritaskan perhatian pada lingkungan Pondok Pesantren. Sumbangsih usia produktif muda di Indonesia sebagian besar berasal dari pondok pesantren. Oleh karena itu, penguatan kesehatan jiwa juga perlu dimulai dari sana, termasuk melalui deteksi dini skrining kesehatan jiwa,” ucapnya, Senin(2/12/2024).
Imran menuturkan apabila ditemukan luka-luka psikologis, diharapkan Unusa dapat menjadi First Aider untuk menolong individu-individu yang memang membutuhkan pertolongan kesehatan jiwa, utamanya di lingkungan Pondok Pesantren.
Sementara itu, Wakil Rektor I Unusa, Prof. Kacung Maridjan, Ph.D menyatakan bahwa kegiatan tersebut sejalan dengan visi dan misi Unusa, yakni berkomitmen untuk berkontribusi secara nyata dalam pengembangan pendidikan dan kesehatan, utamanya pada program yang menyusur komunitas pesantren.
Ia menjelaskan jika Unusa memiliki fokus pendampingan di pondok pesantren, diantaranya kegiatan Pos Kesehatan Pondok Pesantren (Poskestren), Program Pesantren Bersahaja (Bersih, Sehat dan Harmonis di Jawa Timur), Program Community Based Learning (CBL) bagi Pondok Pesantren, Program Pelatihan Pembuatan Media Sjar Berorientasi Aswaja di Pondok Pesantren, Program One Pesantren One Produk (OPOP) Training Center Unusa, serta di tahun 2021, KKN Unusa terfokus pada pembangunan di beberapa Pondok Pesantren (Ponpes).
“Dengan itu, kami akan terus mendukung program-program pada pemberdayaan pesantren apalagi yang berkaitan dengan kesehatan,” jelasnya.
Dengan hadirnya kegiatan ini, kampanye kesehatan jiwa dapat menjangkau lebih banyak individu dan komunitas.
“Kegiatan ini merupakan langkah awal dalam memperkuat sinergi antara institusi pendidikan, pemerintah, dan masyarakat dalam menciptakan generasi muda yang sehat secara mental dan fisik, sesuai dengan definisi kesehatan yang diusung oleh WHO. Unusa optimis dapat menjadi pelopor perubahan, tidak hanya di Surabaya tetapi juga di komunitas pesantren dan masyarakat luas,” tukasnya.
Reporter: Amanah/Editor: Ais