JAKARTA,LETRA.ID- Di tengah berlakunya tariff baru ojek online yang dimulai Senin (2/9) hari ini, bos Big Blue Taxi Malaysia kembali ‘beraksi’. Setelah melontarkan kontroversi dengan pernyataan bahwa ojek online Gojek sukses di Indonesia karena kemiskinan, kali ini, ia menyinggung pemerintah Indonesia.
Sang bos yang bernama Datuk Shamsubahrin Ismail melontarkan kritik yang kembali viral dalam video yang beredar di media sosial. Soal Gojek, ia menyebut bukan rakyat Indonesa yang miskin tapi ada kesalahan yang dilakukan pemerintah Indonesia.
“Rakyat Indonesia tak salah, kalau dikatakan miskin. Yang salah itu adalah kerajaan Indonesia, pemerintah Indonesia yang salah,” ujarnya dalam video viral yang diunggah oleh akun Instagram @lambe_turah.
Ismail melanjutkan bahwa pemerintah Malaysia tidak perlu mengikuti apa yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia mengizinkan Gojek atau Grab. Ia menyinggung bahwa driver ojek online tak punya gaji tetap.
“Pemerintah di Malaysia mengikuti kesalahan yang dilakukan pemerintah Indonesia. Kenapa harus kita membiarkan anak muda kita Malaysia bekerja tanpa gaji tetap, untuk membawa Grab, untuk membawa Gojek,” cetusnya.
Ismail memang salah satu pihak yang melontarkan kritik paling keras soal rencana kedatangan Gojek ke Malaysia, yang sudah diberi lampu hijau oleh pemerintah setempat, terkhusus akan diizinkannya sepeda motor untuk ojek online. Mungkin, ia khawatir bisnisnya bakal terancam.
Kata-katanya yang paling menimbulkan kehebohan adalah saat menyindir kemiskinan Indonesia. “Kemiskinan di Indonesia terlalu tinggi, gaji tak tinggi. Malaysia tidak bisa seperti itu. Anak muda (Malaysia) bukan miskin, tak datang dari keluarga miskin. Kenapa kita mau menjatuhkan marwah mereka sehingga menjadi tukang Gojek,” ujarnya
“Di Indonesia, wanita dapat memeluk driver begitu saja tapi bagaimana dengan Malaysia? Apakah kita ingin melihat wanita kita memeluk driver di sana-sini?” tambahnya, seperti dikutip dari Free Malaysia Today.
Ia kemudian melontarkan permintaan maaf. “Saya minta maaf untuk kesalahan di pernyataan saya, melabeli Indonesia miskin, berdasarkan laporan yang saya terima,” katanya.
Resistensi juga disuarakan oleh perusahaan taksi yang lain di Malaysia. Pendiri MyCar Mohd Noah Maideen mengatakan selain faktor keamanan dan pelanggaran norma, hadirnya layanan ojek online menimbulkan persaingan tidak sehat antar perusahaan e-hailing lokal.
“Sebagai perusahaan yang baru beroperasi selama satu setengah tahun, tidak bijaksana untuk bersaing dengan perusahaan asing yang telah beroperasi selama lebih dari delapan tahun,” katanya.
Menanggapi hal itu, Gojek menilai akan ada solusi. “Fokus kami adalah untuk memberikan dampak sosial seluas-luasnya. Terkait dengan pro dan kontra yang terjadi, pasti ada jalan untuk mencari solusi terbaik buat semua pihak,” tulis rilis remsi Gojek.(ins)
“Kami sangat mengapresiasi keterbukaan pemerintah Malaysia atas peluang yang diberikan bagi Gojek untuk dapat beroperasi di Malaysia. Gojek selalu mengutamakan kolaborasi dengan pemerintah setempat dan seluruh pemangku kepentingan di mana kami beroperasi, seperti di Indonesia, Thailand, Vietnam, Singapura,” tambahnya.