Biar Tidak Terus ‘Ngemis’ Investasi dari Luar, Pemerintah Diminta Perkuat Kelembagaan Migas Nasional

JAKARTA (lenteratoday) – Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Mulyanto meminta negara harus memperkuat kelembagaan migas nasional, di tengah kondisi senjakala bisnis migas dan hengkangnya beberapa perusahaan migas asing dari wilayah kerja Indonesia,

Pemerintah diingatkan untuk lebih fokus ke dalam, memperkokoh kelembagaan migas nasional agar Indonesia tidak terus tergantung pada pihak asing atau mengemis-ngemis investasi dari luar. Karenanya, revisi Undang-Undang (UU) Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Migas) menjadi strategis dalam rangka mengokohkan kelembagaan hulu migas agar badan ini semakin kuat sesuai amanat Mahkamah Konstitusi (MK).

Badan ini berfungsi sebagai doers atau pelaksana sekaligus regulator, yang mampu dan mudah berkoordinasi dengan pihak pemerintah daerah dan kementerian untuk memperlancar infrastruktur investasi, terutama terkait dengan aspek perizinan lingkungan dan lahan.

“Kita harus makin percaya diri dengan kekuatan migas nasional kita. Terbukti, BUMN Migas nasional yakni Pertamina makin memperlihatkan geliat yang menarik,” terang Mulyanto dalam keterangannya kepada lenteratoday, Kamis (28/3/2024).

Baca Juga :  Perajin Lontong ‘Wadul’ Harga Gas Naik, Bambang DH: Harusnya UKM Dilindungi

“Setelah sukses mengakuisisi Blok Rokan dari Chevron, kini Pertamina dengan mulus masuk menggantikan investasi Shell di Blok Abadi Masela, bahkan mulai merambah ke ladang-ladang minyak di luar negeri, seperti di Aljazair dan Irak. Bandingkan dengan pembangunan Kilang Tuban, yang terkatung-katung, karena kita tergantung pada pihak Rosneft, Rusia,” sambungnya.

Pertamina, kata Mulyanto, sebagaimana disampaikan dalam Rapat Kerja Komisi VII DPR RI dengan SKK Migas dan Pertamina, Rabu 27 Maret 2024, saat ini mendominasi Klkontribusi lifting migas secara nasional, yakni sebesar 68 prosen untuk minyak, dan sebesar 33 persen untuk gas.

“Ini kinerja bagus di tengah harga minyak dunia yang cenderung naik karena dampak negatif dari perang Rusia-Ukraina yang belum hilang. Harga minyak WTI misalnya, mulai merangkak, melewati angka USD 81 per barel. Begitu juga harga minyak Brent yang terus naik melampaui USD 86 per barel,” imbuh Mulyanto.

Reporter:sumitro|ditor:widyawati



Latest news

Related news

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini