Pandemi Jadi Endemi, Menkes Budi Siapkan Protokol

JAKARTA (Lenteratoday) – Menurunnya angka positif Covid 19 mendorong Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyiapkan protokol untuk mengubah pandemi virus corona (Covid-19) menjadi endemi.

“Kami dapat arahan dari Presiden mengenai strategi dari pandemi jadi endemi. Kita sudah siapkan protokolnya,” kata Budi dalam konferensi persnya, Minggu (27/2).

Meski demikian, Budi tak merinci seperti apa bentuk protokol perubahan pandemi jadi endemi itu akan diterapkan di Indonesia.

Sementara arahan dari Presiden Joko Widodo yang meminta agar protokol pandemi menjadi endemi dilakukan secara hati-hati. Menurut Budi, Jokowi meminta agar pertimbangan saintifik dan kesehatan diberlakukan berimbang dengan pertimbangan sosial dan budaya.

“Tak bisa hanya pertimbangan kesehatan dan saintifik saja yang digunakan. Arahan beliau coba dibuat seimbang jangan terlampau banyak murni pertimbangan sosial dan politik. Dengan demikian pengambilan keputusan di Indonesia baik,” kata dia.

Sebelumnya, wacana soal perubahan dari pandemi menjadi endemi sempat dilontarkan oleh Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Ia bahkan membeberkan sejumlah skenario transisi pandemi menjadi endemi di Indonesia.

Baca Juga :  Lagi, Ribuan Buruh Turun Jalan Minta Kenaikan Gaji Rp 600 Ribu

Strategi itu menurutnya sudah digodok bersama para ahli kesehatan dan epidemiolog.

Selain soal strategi mengubah pandemi menjadi endemi, Budi turut memastikan jarak pemberian suntikan vaksin Covid-19 primer dengan vaksin lanjutan atau booster diperpendek menjadi minimal tiga bulan.

Awalnya, Kemenkes memberlakukan jarak antara vaksin kedua dengan booster selama 6 bulan. “Vaksinasi booster boleh 3 bulan. Jadi buat dewasa bukan hanya lansia. Sudah boleh kalau tiga bulan sudah divakisnasi lengkap kedua bisa lakukan booster,” kata Budi.

Budi meminta agar masyarakat tak pilih-pilih vaksin booster. Baginya, semua vaksin booster memiliki keampuhan yang sama untuk melawan virus corona.

“Semua sama ampuhnya. Perbedaannya tak meaningful. Secara angka memang ada perbedaan tapi klinis sudah di atas 250,” kata dia.

Sumber : CNN | Editor : Endang Pergiwati

Latest news

Related news

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini