Sepatu Bata, Eksis Sejak Zaman Belanda, Kini Terus Merugi

JAKARTA (Lenteratoday) -PT Sepatu Bata Tbk (BATA), sebuah perusahaan produsen sepatu yang sudah beroperasi selama ratusan di Indonesia, baru saja mengumumkan penutupan pabrik di Purwakarta, Jawa Barat.

Perusahaan ini sempat mengalami masa kejayaan di Indonesia sejak tahun 1980-an dan terus berlanjut hingga tahun 2000-an.

Bahkan, puluhan tahun silam, di Tanah Air sempat muncul tren di kalangan anak sekolah, kalau enggak pakai sepatu Bata, rasanya ketinggalan zaman.

Setiap menjelang tahun ajaran baru di sekolah, Bata juga gencar memasang iklan koleksi sepatu barunya di surat kabar dan televisi. Hal ini sukses membuat anak-anak mengalami eforia berburu sepatu baru saat liburan sekolah.

Namun mulai 2020, keuangan perusahaan mulai limbung dan berlanjut hingga sekarang. Laporan keuangan terbaru, Bata mengalami kerugian empat tahun berturut-turut.

Dalam keterangan yang disampaikan melalui Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), perusahaan sudah tak sanggup menanggung kerugian akibat kapasitas produksi dari pabrik Purwakarta yang sudah tidak seimbang dengan permintaan pasar.

“Perseroan sudah tidak dapat melanjutkan produksi di pabrik Purwakarta, karena permintaan pelanggan terhadap jenis produk yang dibuat di Pabrik Purwakarta terus menurun,” beber Direktur Sepatu Bata Hatta Tutuko, dikutip pada Sabtu (4/5/2024).

Sebelumnya, lanjut Hatta, manajemen sebenarnya sudah melakukan beragam upaya untuk menyelamatkan fasilitas produksinya yang ada di Purwakarta. Namun tetap saja perusahaan harus menanggung kerugian operasional.

“PT Sepatu Bata Tbk telah melakukan berbagai upaya selama empat tahun terakhir di tengah kerugian dan tantangan industri akibat pandemi dan perubahan perilaku konsumen yang begitu cepat,” ungkap Hatta.

Bila mengutip Annual ReportĀ 2022 perusahaan, BATA sudah mengalami kerugian beberapa kali. Misalnya di tahun 2020, perusahaan menderita kerugian sebesar Rp 177,76 miliar, lalu kerugian berlanjut di tahun 2021 sebesar Rp 51,23 miliar.

Ilustrasi: Promo harga di sebuah gerai/toko sepatu Bata (Ist)

Berikutnya di tahun 2022, perusahaan juga melaporkan mengalami kerugian sebesar Rp 106,12 miliar.

Sementara untuk periode per 31 September 2023, BATA juga masih rugi Rp 80,44 miliar. Makin bengkak 295 persen dari periode yang sama tahun lalu yang mencatat rugi Rp 20,33 miliar.

Sudah eksis sejak zaman Belanda

Mengutip laman resmi BATA, perusahaan ini sudah ada di Tanah Air sejak tahun 1931, 14 tahun sebelum tahun proklamasi Indonesia.

Pada masa tersebut, Bata melakukan kerja sama dengan NV, Netherlandsch-Indisch, sebagai importir sepatu yang beroperasi di Tanjung Priok.

Enam tahun kemudian, sang pemilik, Tomas Bata, mendirikan pabrik Sepatu ditengah perkebunan karet di area Kalibata, beralamat di Jalan Kalibata Raya Jakarta Selatan. Selanjutnya produksi sepatu terjadi mulai tahun 1940.

Di tahun 1982, PT Sepatu Bata terdaftar di Jakarta Stock Exchange pada tanggal 24 Maret sebagai perusahaan publik (kini BEI). Pada tahun 1994, konstruksi pabrik Sepatu di Purwakarta telah rampung.

Sebagai salah satu pabrik terbesar di Indonesia, Bata memiliki spesialisasi produk sepatu injeksi untuk konsumsi dalam dan luar negeri. Mengutip Kompas, saat ini Bata Indonesia menempati Gedung 6 lantai; yaitu kantor PT Sepatu Bata Tbk di Cilandak, Jakarta Selatan.

Selain merek Bata sesuai dengan nama perusahaan, PT Sepatu Bata Tbk juga memiliki sejumlah merek lainnya yaitu Marie Claire, Comfit, Power, Bubblegummers, North Star, B-First, and Weinbrenner.

PT Sepatu Bata Tbk bahkan mengklaim telah mengoperasikan rantai ritel 435 toko di seluruh negeri, yang terdiri dari family and city stores (*)

Editor: Arifin BH

Latest news

Related news

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini