Alarm ‘Kiamat’ Ekonomi AS dari Yellen hingga Buffett

WASHINGTON (Lenteratoday) – Para tokoh ternama Amerika Serikat (AS) mulai teriak soal ekonomi negera Paman Sam ini. Tanda bahaya mulai mendekat dengan potensi gagal membayar utang pada 1 Juni nanti.

Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen salah satu yang memberi peringatan dalam pernyataan terbarunya. Ia menyebut ‘kiamat’ bakal terjadi.

“Malapetaka ekonomi,” tegasnya menggambarkan hal yang mungkin terjadi di negeri itu dikutip Selasa (9/5/2023).”Itu adalah sesuatu yang dapat menghasilkan kekacauan keuangan … kita tidak akan punya cukup uang untuk membayar tagihan,” jelasnya.

Hal senada juga dikatakan investor terkemuka AS Warren Buffett. Meski yakin pemerintah maupun Kongres tak akan membiarkan default, ia menyebut chaos bisa terjadi.

Itu ditegaskannya dalam pertemuan tahunan Berkshire Hathaway Inc di Omaha, akhir pekan. Ia pun mengatakan sistem keuangan dunia akan terganggu jika AS dinyatakan bangkrut.

“Dunia akan dilanda kekacauan,” ujarnya dimuat Reuters, Senin (8/5/2023).

Perlu diketahui, AS kini mencapai batas utang yang disetujui pemerintah dan kongres sebelumnya, sebesar US$31,4 triliun (Rp 460.000 triliun). Sebagai gantinya dana darurat sekarang digunakan.

Namun dana darurat pun terancam habis 1 Juni nanti. Untuk menghindari gagal bayar tersebut, kongres harus memilih untuk menaikkan atau menangguhkan batas utang kembali.

Tetapi permasalahan menjadi alot dengan DPR yang kini dipegang parti oposisi pemerintah, Republik. Dengan hanya delapan hari tersisa bulan ini di mana DPR dan Senat dijadwalkan untuk bersidang pada waktu yang sama, semakin sempit untuk mencapai kesepakatan.

Sementara itu, Selasa (9/5/2023) hari ini, Presiden AS Joe Biden akan bertemu pemimpin kongres AS. Baik pemimpin Republik dan Demokrat akan diundang.

Bengkaknya utang dipicu oleh pandemi Corona (Covid-19), di mana pemerintah harus menggelontorkan stimulus US$ 5 triliun guna menyelamatkan perekonomian.

Namun AS memang tidak pernah lagi mengalami posisi surplus dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) sejak 1957.

Pada tahun 2011, pertarungan pagu utang di negara itu juga membawa AS ke jurang gagal bayar. Ini mendorong penurunan peringkat kredit terkemuka negara itu

Picu Kenaikan Bunga hingga Pengangguran

Sejumlah dampak akan terjadi jika AS default. Mulai dari mandeknya pembayaran jaminan sosial, rata-rata US$ 1.827 (Rp 26,8 juta) hingga tunjangan 2 juta pegawai federal dan 1,4 veteran (anggota militer tidak aktif) senilai miliaran dolar.

Ini juga akan memberi efek ke biaya pinjaman. Jika terjadi default, imbal hasil Treasury AS pasti akan naik untuk mengkompensasi peningkatan risiko bahwa pemegang obligasi tidak akan menerima uang yang mereka pinjam dari pemerintah.

Karena suku bunga pinjaman, kartu kredit, dan hipotek sering didasarkan pada hasil Treasury, biaya pinjaman uang dan pelunasan utang akan meningkat. Jumlahnya di atas peningkatan biaya yang sudah dihadapi orang Amerika dari kenaikan suku bunga Federal Reserve.

Keluarga dan bisnis juga akan lebih sulit mendapatkan persetujuan untuk jalur kredit karena bank harus lebih selektif dalam meminjamkan uang. Itu karena biaya pinjaman uang mereka juga akan meningkat, yang membatasi jumlah uang yang dapat mereka pinjamkan.

Belum lagi munculnya pengangguran. Gagal bayar utang dapat memicu penurunan ekonomi, yang akan mendorong lonjakan pengangguran, terutama saat AS sudah sudah berurusan dengan kenaikan suku bunga dan inflasi yang sangat tinggi.

Menurut Moody’s, tingkat pengangguran akan melonjak menjadi sekitar 5%. Sementara ekonomi akan berkontraksi hampir setengah persen.

Sumber: reuters,ist /Editor: widyawati

Latest news

Related news

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini