Arab Saudi Kecam Israel Lakukan Genosida, Mesir Sebut Pembunuhan Sistematis

JAKARTA (Lenteratoday) – Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad Bin Salman mengecam perang Israel di Gaza sebagai genosida. Dia mendesak keras agar negeri Zionis itu menghentikan  agresinya di Gaza dan Lebanon.

Pernyataan ini disampaikan penguasa de facto Arab Saudi itu pada pertemuan puncak gabungan Liga Arab dan Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Riyadh.

“KTT ini diselenggarakan sebagai perpanjangan dari KTT sebelumnya mengingat agresi biadab Israel yang terus berlanjut terhadap saudara-saudara kita, rakyat Palestina, dan perluasan agresi terhadap Republik Lebanon,” katanya dalam pidato utamanya, dikutip dari Middle East Eye, Selasa (12/11/2024).

Salman mengecam keras pembantaian Israel terhadap warga Palestina di Gaza. “Kerajaan itu menegaskan kembali kecamannya atas genosida yang dilakukan Israel terhadap saudara-saudara Palestina, yang mengakibatkan lebih dari 150.000 orang mati syahid, terluka dan hilang, yang sebagian besarnya adalah wanita dan anak-anak,” kata Salman.

Arab Saudi bersikap kritis terhadap serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober tahun lalu. Saudi mendukung seruan untuk gencatan senjata dan solusi dua negara kendati sempat muncul spekulasi akan meresmikan hubungan terbuka.

Baru-baru ini, Salman menyatakan pembukaan hubungan dengan Israel tidak akan terjadi tanpa pembentukan negara Palestina, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

Dalam pidatonya, sang pangeran juga mengecam “penodaan Masjid Suci Al-Aqsa” oleh Israel dan “penghinaan terhadap peran penting Otoritas Palestina di seluruh wilayah Palestina”, dan mengatakan bahwa kebijakan semacam itu hanya akan menghambat perdamaian di kawasan tersebut.

Sang Putra Mahkota juga mengutuk aksi Israel di Lebanon, memperingatkan dampak “bencana” operasi berkelanjutan di Lebanon dan Gaza, sembari memperingatkan dampak serangan lanjutan terhadap Iran.

“Kami menyerukan kepada masyarakat internasional untuk memikul tanggung jawabnya untuk segera menghentikan agresi terhadap Palestina dan Lebanon, dan mewajibkan Israel untuk menghormati kedaulatan Republik Islam Iran dan tidak menyerang wilayahnya,” katanya.

Sanksi Israel

Dalam pidatonya sebelum pertemuan puncak tersebut, Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas menyerukan sanksi terhadap Israel dan menghentikan perluasan permukiman “dalam waktu satu tahun”.

Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi menahan diri untuk tidak menggambarkan perang di Gaza sebagai genosida, tetapi mengecam “pembunuhan sistematis terhadap warga sipil di Gaza”.

Ia juga mengatakan bahwa Mesir tidak akan menerima rencana Israel untuk melakukan pemindahan paksa penduduk Gaza atau upaya untuk membuat daerah kantong itu tidak dapat dihuni.

Baca Juga :  Indonesia Sambut Baik Pulihnya Hubungan Saudi-Iran

“Atas nama Mesir, saya nyatakan bahwa kami akan menentang semua rencana yang berupaya melikuidasi perjuangan Palestina, baik melalui pemindahan paksa atau membuat Gaza tidak layak huni. Kami tidak akan menerima itu dalam keadaan apa pun,” kata Sisi.

Sementara itu, Presiden Suriah Bashar al-Assad menyerukan dibuatnya rencana eksekutif oleh para pemimpin Arab dan Islam untuk mengakhiri perang Israel. “Jika tidak, kita akan membantu kelanjutan genosida,” kata Assad.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa pelarangan Unrwa oleh Israel bertujuan untuk menghilangkan solusi dua negara dan mencegah kembalinya pengungsi Palestina ke tanah air mereka.

Erdogan mengkritik negara-negara Barat yang memberikan Israel dukungan politik, ekonomi, militer dan moral dan di saat yang sama mengakui kegagalan negara-negara muslim untuk menanggapi situasi di Gaza secara memadai.

“Kita harus terus menjaga upaya terkoordinasi untuk memberikan tekanan terhadap tindakan yang diambil terhadap mereka yang melakukan genosida di Palestina,” katanya. Dia meminta agar perbedaan antara negara-negara Muslim tidak boleh menjadi hambatan bagi tindakan bersama melawan Israel.

Ahmed Aboul Gheit, sekretaris jenderal Liga Arab, juga bergabung dengan MBS dalam mengutuk operasi militer Israel di Gaza dan Lebanon, dengan mengatakan bahwa “kata-kata tidak dapat mengungkapkan penderitaan rakyat Palestina”.

“Tindakan yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina merusak upaya untuk mencapai perdamaian abadi. Hanya dengan keadilan kita akan mampu membangun perdamaian abadi,” kata Aboul Gheit.

Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati menyampaikan pada pertemuan puncak itu bahwa negaranya tengah menderita krisis yang “belum pernah terjadi sebelumnya” yang mengancam keberadaannya, karena Israel tengah melancarkan perang terhadap Hizbullah.

“Lebanon sedang mengalami krisis historis dan eksistensial yang belum pernah terjadi sebelumnya yang mengancam masa kini dan masa depannya,” katanya.

Sementara Wakil Presiden Pertama Iran Mohammad Reza Aref mengutuk pembunuhan yang dilakukan Israel terhadap para pemimpin Hamas dan Hizbullah sebagai “terorisme terorganisasi” dalam sambutannya di pertemuan puncak tersebut.

“Operasi yang dikonseptualisasikan dengan frasa menipu ‘pembunuhan yang ditargetkan’, dan di mana elit Palestina dan pemimpin negara lain di kawasan itu dibunuh satu per satu atau secara massal, tidak lain adalah pelanggaran hukum dan terorisme terorganisasi,” katanya.

Sumber: Middle East Eye dan Aljazeera | Editor : M. Kamali

Latest news

Related news

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini