MALANG (Lenteratoday) – Penjabat (Pj) Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, mengungkapkan pertimbangan terkait aktivasi Warung Tekan Inflasi (WTI) menjelang Ramadan 2024 ini. Wahyu mengatakan, keputusan untuk mengaktifkan kembali WTI akan bergantung pada tingkat tinggi rendahnya inflasi yang terjadi di Kota Malang.
“Inflasi yang stabil pada awal 2024 membuat kami belum mengaktifkan kembali WTI. Tapi karena memang inflasi kita per 1 Maret kemarin ada di angka 0,50 persen. Jadi ada di atas rata-rata inflasi nasional yakni 0,37 persen. Ya nanti kita akan menggunakan (anggaran) Belanja Tak Terduga (BTT), kita akan proses kemudian insyaallah minggu ini akan aktif lagi,” ujar Wahyu, ditemui di Kantor DPRD Kota Malang, Senin (4/3/2024).
Wahyu menambahkan, WTI merupakan strategi efektif untuk menekan inflasi dengan menjual komoditas yang mendukung stabilitas harga. Menurutnya, keberhasilan Pemerintah Kota (Pemkot) Malang dalam mengendalikan inflasi di akhir tahun 2023 hingga awal tahun 2024 kemarin, telah mendapat apresiasi dari Mendagri dan Kepala Bapanas.
Diketahui, WTI terbukti ampuh menekan angka inflasi sejak resmi beroperasi pada 24 Desember 2023 lalu. Sebelumnya, inflasi Kota Malang pada bulan November 2023 berada di angka 0,40 persen dan berhasil turun di angka 0,22 persen di Desember 2023. Tak hanya itu, selama Januari 2024, Kota Malang bahkan mencatatkan adanya deflasi sebesar 0,23 persen berkat adanya WTI ini.
Namun dalam konteks pengaktifan kembali WTI. Wahyu juga menjelaskan bahwa WTI tidak dapat diaktifkan terus-menerus untuk menghindari bengkaknya anggaran BTT. “Sekarang kalau WTI terus kita aktifkan dengan kondisi inflasi yang sudah stabil, anggaran BTT kita bisa habis. Kecuali jika inflasi kita di atas rata-rata nasional atau di atas provinsi, baru kita akan aktifkan kembali,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Diskopindag Kota Malang, Eko Sri Yuliadi memberikan pandangannya mengenai pemantauan sembako jelang Ramadan. Menurutnya, sampai hari ini, tidak ada kendala kekurangan pasokan sembako di pasar-pasar Kota Malang. “Jadi suplainya cukup. Kami juga berencana mengadakan pasar murah di awal Ramadan untuk menstabilkan harga,” ujar Eko.
Disinggung terkait WTI, Eko pun mengamini pernyataan Pj Wahyu, yakni keputusan untuk mengaktifkan kembali warung tersebut akan bergantung pada kondisi inflasi. “WTI dibuka saat inflasi tinggi. Sekarang, inflasi Kota Malang turun, dan jika inflasi sudah stabil, kami tidak akan membuka WTI. Kami hadir ketika inflasi tinggi untuk menurunkan harga dan memenuhi daya beli masyarakat. Kami akan hadir kembali saat inflasi naik,” tegasnya.
Lebih lanjut, Eko juga menyampaikan kontribusi signifikan WTI dalam menurunkan inflasi, dengan menggelontorkan puluhan hingga ratusan ton sembako ke masyarakat. “Jadi saat inflasi turun, WTI tidak diaktifkan terus-menerus, agar masyarakat tidak beralih dari pedagang ke WTI. Perlu dipahami, WTI akan dibuka kembali saat inflasi kembali naik,” tambahnya.
Sebagai informasi, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang mencatat inflasi Kota Malang pada bulan Januari 2024 sebesar -0,23 persen atau mengalami deflasi. Sementara pada Februari 2024, inflasi kembali naik menjadi 0,50 persen, melebihi rata-rata nasional yang sebesar 0,37 persen. Meskipun demikian, secara year to year, inflasi Kota Malang masih berada di bawah rata-rata nasional, yaitu 2,61 persen, sedangkan nasional mencapai 2,75 persen. (*)
Reporter: Santi Wahyu | Editor : Lutfiyu Handi