Ketupat Punya Cerita…

KETUPAT: KEnangan berTUmpu di satu temPAT. Ketupat yang selama ini identik dengan suasana Hari Raya Idul Fitri, menjadi semakin luas artinya.

Ketupat bukan sekadar simbol “kebudayaan” di hari Lebaran. Ketupat menyimpan potensi besar, terutama jika mengikuti perkembangan zaman.

Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1445 H bertepatan dengan hari Rabu 10 April 2024. Ucapan ‘maaf-memaafan” berseliweran sejak Selasa (9/4/2024) malam. Foto dan video pun nyaris sama: bergambar ketupat!

Saya berada di enam (6) komunitas WhatsApp Grup (WAG). Semua menyampaikan ucapan yang sama.

Persis, di hari Lebaran pesan WA semakin melebar. Tema bahasan mengarah pada suasana nostalgia.

Teman yang berdomisili di Bandung, Vivien Pitojo memasang foto pertemuan Halal Bihalal tahun 2022. Di WAG Komunitas ManSur -kumpulan mantan kayawan Harian Surya, dia menulis: “Alhamdulillah, bisa silaturahim dengan dulur-dulur”.

Foto tersebut -tentu saja, menambah panjang komentar sahabat-sahabat yang lain.

Foto dan video disertai gambar ketupat tak bisa dibendung. WAG Alumni AWS & STIKOSA juga hampir sama isinya.

Sampai petang hari ini -ketika tulisan tengah disusun, banyak teman-teman mengulas urusan makanan yang tadinya berawal dari ucapan bergambar Ketupat Lebaran.

“Ayo lestarikan masakan Indonesia dengan memasaknya,” tulis Dien Irhastini lumni AWS yang bertempat tinggal di Semarang.

Teman lain, Maryono Basuki yang berada di Jakarta membuat daftar: wajik, gulo kacang, mendoan, menjes, srabi, petolo.  

Disusul Ali Musyafak Basyier di Surabaya: sayur asem, ⁠sayur lodeh, ⁠krengsengan, ⁠gule, ⁠soto, ⁠urap-urap….

Menyambung silaturahim melalui WA tak ada larangan. Memasang gambar ketupat boleh-boleh saja. Menjadwal daftar kuliner pun tidak melanggar hukum.

Cerita lama

Ahad (14/4/2024) saya kedatangan tamu. Kunjungan siang hari, sebab paginya beliau masih kebaktian di gereja. Mas Priyo Suwarno, sahabat saya pemeluk Krsiten. Selepas menjadi jurnalis, sekarang menjadi penulis buku.

Silaturahim wartawan senior Priyo Suwarno (tengah) -Dok-Pri

Mas Priyo tiba pukul 12:00 siang, pamit pulang pukul 14:30 WIB. Selama dua setengah jam, kami bicara banyak hal.

Saya dan Mas Priyo sering bertemu, namun di tempat lain. Sambil ngopi, kami bicara program kesehatan bagi teman-teman yang perlu dibantu. Kami juga menggalang dana.

Kali ini dia sengaja mendatangi kediaman saya.

Ketupat menjadi hidangan pelengkap makan siang. Istri saya menyiapkan gule kacang hijau dan kare kepala kambing.

Mas Priyo mengenang terakhir kalinya datang ke rumah saya pada tahun 1999. Mas Priyo masih ingat, ketika itu disuguhi Soto Banjar.

Mas Priyo mengenang: “Tak terasa sudah 25 tahun silam!”

Ketupat bukan hanya sekadar hidangan. Ketupat memiliki makna mendalam. Merangkum nilai-nilai sosial, spiritual, dan budaya.

Termasuk membuka cerita lama!

KETUPAT -KEnangan berTUmpu di satu temPAT

Arifin BH, Pemimpin Redaksi Lenteratoday



Latest news

Related news

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini