Legislator Ingatkan BUMN Sawit Tidak Terus Menambah Utang

JAKARTA (Lenteratoday) – Anggota Komisi VI DPR RI, Darmadi Durianto memberikan beberapa catatan terkait capaian kinerja PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IV Regional 3 di Pekanbaru, laporan keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Sawit tidak mencapai hasil yang memuaskan.

“Kita memberikan catatan khusus mengenai laporan keuangan PTPN IV Regional 3 ini, dimana laporan keuangannya tidak terlalu menggembirakan. Semua indikator keuangan mengalami penurunan dibandingkan tahun 2022,” tegas Darmadi saat mengikuti kunjungan kerja Komisi VI DPR RI ke Provinsi Riau dilansir DPR, Jumat(21/6/2024).

“Ini menjadi pusat perhatian, sehingga mereka harus mewaspadai adanya penurunan terus-menerus. Karena semestinya kalau korporasi yang bagus itu, naik kinerja keuangannya,” sambungnya.

Catatan kedua, soal rencana IPO yang mengalami pemunduran. Karena setelah pihaknya bertanya ke pihak PTPN IV, diketahui jika mereka belum siap secara mendasar, termasuk dari penyusunan peta jalan daripada Palmco untuk kelapa sawit.

“Sehingga mereka harus melakukan konsolidasi internal terlebih dahulu, supaya setelah IPO sahamnya tidak malah kembali ke 50 perak, seperti yang banyak dialami oleh banyak BUMN. Jadi harus dijaga, untuk itu pondasi dan konsolidasinya harus kuat,” kata Darmadi.

Baca Juga :  Ini Cara Mendapatkan Diskon Listrik PLN 50 Persen pada Januari dan Februari 2025

Diungkapkannya, utang PTPN IV ini masih senilai Rp 6 triliun. Hal ini masihlah besar, karenanya ia meminta agar besarannya dikurangi. Dan, sudah semestinya BUMN itu tidak terus melakukan penambahan utang.

“Angka Rp 6 triliun ini diharapkan bisa dikurangi dan kita minta solusinya seperti apa. Sehingga beban keuangannya bisa lebih ringan,” imbuh Politisi Fraksi PDI-Perjuangan itu.

Hal lain yang juga menjadi sorotannya adalah soal hilirisasi produk turunan dari sawit, darmadi meminta gambaran peta jalan yang akan diterapkan oleh PalmCo. Hilirisasi produk-produk turunan sawit itu akan seperti apa.

“Kita inginnya ada Blue Ocean seperti yang dipaparkan, kita harapkan mereka menemukan solusi dan mencari pasar-pasar yang baru. Bagaimana membuat pasar itu menjadi tidak relevan. Jangan masuk dalam persaingan harga, karena itu menjadi Red Ocean bukan Blue Ocean,” tukas Darmadi.

“Salah satunya kita minta peta jalan yang bagus terkait pengembangan daripada minyak goreng merah. Bagaimana mengganti minyak goreng kuning menjadi minyak goreng merah,” imbuhnya.

Reporter:Sumitro/Editor:Ais



Latest news

Related news

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini