MALANG (Lenteratoday) – Dampak inflasi pangan, rata-rata harga telur ayam dan beras di kabupaten Malang akhir akhir ini cenderung naik. Terpantau sudah sekitar semingguan harga telur berkisar di antara Rp 29,000 hingga Rp 30.000 per kilonya. Padahal sebelumnya harga telur per kilo berada di antara Rp 24.000 hingga Rp 25.000. Sedangkan harga beras per kilonya Rp 9.700 hingga Rp 12.000.
“Harga telur mulai naik sejak dua minggu yang lalu, dari yang harganya berkisar Rp 24.000 rupiah menjadi Rp 29.000 per kilogramnya. Ini naik (harga telur) dikarenakan harga pakan ayam yang juga naik. Saya dikirim dari daerah Karangan, Karangploso kemungkinan mereka yang disupplay dari Blitar,” terang Rusminingsih, salah satu pedagang yang menjual telur dan kebutuhan pokok di Pasar Karangploso kabupaten Malang, Kamis (25/8/2022).
Rusmini yang sudah berjualan di pasar Karangploso sejak tahun 1967 tersebut mengeluh bahwa tidak ada keuntungan yang besar akibat naiknya harga telur.
“Dari peternak menjual Rp 28.000, kemudian saya menjual Rp 29.000, tidak ada keuntungan yang signifikan. Sekarang ambil untung Rp 1.000 per kilonya. Kalau dikalkulasi ya habis, tidak ada keuntungan, cuma balik modal saja,” ungkapnya.
Ia juga menambahkan, sejak harga pangan naik, sehari tidak pasti berapa kilogram telur yang bisa terjual. Menurutnya, setelah pandemi dan hari raya Idul Adha, semua kebutuhan bahan pokok dan bumbu dapur cenderung tidak stabil, ada yang turun dan ada juga yang naik.
Sementara itu, dampak inflasi pangan nampaknya juga berpengaruh pada komoditi beras yang juga mengalami kenaikan sudah sejak satu minggu yang lalu. Hal tersebut juga dibenarkan oleh Rusminingsih. “Beras juga naik, yang biasanya saya jual Rp 9.700 sekarang jadi Rp 10.000 per kilogram,” cetusnya.
Kenaikan harga telur juga disampaikan oleh pedagang berikutnya, yang tidak ingin disebutkan namanya. “Kalau harga telur memang saat ini terus mengalami kenaikan. Saya dapat dari pengepul telur seharga Rp 28.200 per kilo dan menjual di harga Rp 30.000. Itupun kadang satu hari tidak sampai terjual 10 karton, maksimal lah 10 karton itu. Susah sekarang karena apa-apa naik, konsumen kan juga kasian,” terang salah satu pedagang di pasar Karangploso, kabupaten Malang yang tidak ingin disebutkan namanya.
Pedagang lainnya, Ibu Ani, mengatakan bahwa harga telur sangat tidak stabil akhir-akhir ini. Ani mengaku menjual telur per kilonya diharga Rp 29.000, namun beberapa hari lalu sempat di angka Rp 30.000 dan juga sempat turun diharga Rp 27.000 per kilonya.
“Setiap hari tidak sama, misal sekarang ngambil 15 peti harganya naik, besok harganya turun. Kalau sekarang turun Rp 200 rupiah, jadi Rp 29.000 per kilonya. Pokoknya harga telur ini tidak bisa dipatok, kadang juga naik Rp 500, Rp 1.000, turun Rp 500 lagi,” kata Ani.
Menurut Ani, dampak kenaikan harga telur mungkin juga dikarenakan adanya kenaikan BBM, namun ia menambahkan bahwa dampak tersebut tidak terlalu dirasakannya. “Kalau untuk agen-agen besar kemungkinan naik karena BBM juga naik, tapi alhamdulillah saya tidak terlalu merasakan dampaknya. Kalau kebanyakan di sini naiknya karena dari peternak, sulit mendapatkan pakan ayam, harganya juga naik,” tandasnya.
Sama seperti apa yang dikeluhkan oleh Rusminingsih, Ani juga mengungkapkan bahwa harga kebutuhan bahan pokok seperti beras juga naik di semua jenis merk. “Sudah sejak sua atau seminggu yang lalu sepertinya (naiknya harga beras). Jenisnya macam-macam, kalau di saya kebetulan yang bagus itu ada merk lele dan ibu muda. Naiknya sekitar Rp 1.000 kadang sampai Rp 2.000 per kilonya,” tandasnya. (*)
Reporter: Santi Wahyu | Editor : Lutfiyu Handi