BLITAR (Lenteratoday) – Proses pembuatan film Pemberontakan Pasukan Pembela Tanah Air (PETA) Soepriadi Macan Dari Lereng Kelud sudah dimulai, dengan dilakukannya survei lokasi oleh tim produksi. Film ini, menurut Wakil Bupati Blitar, sebagai bentuk kontribusi Kabupaten Blitar, mendorong dijadikannya 14 Februari 1945 sebagai Hari Cinta Tanah Air.
Tim produksi film dokumenter drama (dokudrama) PETA : Soepriadi Macan Dari Lereng Kelud dari Jakarta, sudah hadir di Blitar untuk memulai proses pembuatan film yang didukung oleh Wakil Bupati Blitar dan Kodim 0808/Blitar. “Tim ada 5 orang, datang ke Blitar untuk survei lokasi pengambilan gambar,” ujar Wakil Bupati Blitar, Rahmat Santoso, Senin (11/7/2022).
Lebih lanjut dijelaskan orang nomor dua di Kabupaten Blitar ini, ada beberapa lokasi yang akan disurvei selama 3-4 hari selama berada di Blitar. “Lebih detailnya yang paham tim dari Jakarta, intinya proses pembuatan film PETA ini sudah dimulai,” jelasnya.
Tim dari Jakarta tiba di Blitar Jumat (8/7/2022) lalu, disampaikan anggota tim di Blitar pendukung pembuatan film PETA, Gus David ada beberapa lokasi yang dikunjungi tim dari Jakarta. “Namun belum bisa kami jelaskan detailnya, karena masih proses riset dan akan diseleksi mana yang paling sesuai,” tutur Gus David.
Sepanjang akhir pekan ini, tim berkeliling beberapa lokasi di Kabupaten dan Kota Blitar menggunakan 2 mobil jeep. Selain tim dari Jakarta, juga turut mendampingi narasumber dari Blitar yaitu Bondan Widodo (pematung, seniman dan penggiat sejarah) dan Rengga.
Gus David sedikit memberikan gambaran, beberapa lokasi yang dikunjungi berkaitan dengan peristiwa bersejarah Pemberontakan PETA Blitar dibawah kepemimpinan Sudancho Soepriadi melawan penjajahan Jepang. “Ada beberapa lokasi baik yang dulunya diceritakan sebagai lokasi terjadinya peristiwa pemberontakan PETA, juga lokasi pendukung lainnya,” beber pria humoris ini.
Bahkan dalam waktu dekat, akan segera dilakukan casting pemain untuk peran film PETA ini di Blitar. “Jadi Blitar bukan hanya sekedar tuan rumah lokasi syuting saja, tapi kearifan lokal potensi pemeran film dari Blitar juga akan dilibatkan,” pungkas Gus David.
Sebelum kembali ke Jakarta, direncanakan tim juga akan berziarah ke Makam Bung Karno dan mengunjungi Perpustakaan Nasional Proklamator Bung Karno yang juga menyimpan beberapa benda bersejarah terkait Sang Proklamator tersebut.
Disela-sela kunjungan tim produksi dari Jakarta, juga berkesempatan bertemu Wabup Rahmat di Pendopo Ronggo Hadi Negoro (RHN). Dalam pertemuan ini selain silaturahmi, tim juga mohon doa restu untuk memulai proses pembuatan film PETA.
“Saya tanya aman kan ? Selanjutnya saya doakan lancar, sehingga pembuatan film bisa sesuai jadwal dan hasilnya maksimal,” tandas Ketua Umum DPP Ikatan Penasihat Hukum Indonesia (IPHI) ini.
Vice President Kongres Advokat Indonesia (KAI) ini juga menegaskan Kabupaten Blitar juga ingin berkontribusi, dalam menjaga sejarah perjuangan bangsa melalui film PETA.
“Sehingga sejarah pemberontakan PETA di Blitar yang menjadi tonggak sejarah, tidak hanya mendorong Kemerdekaan Republik Indonesia tapi juga perlawanan terhadap penjajahan Jepang di negara-negara lainnya. Tidak dilupakan dan terus diingat para generasi muda,” tegasnya.
Ditambahkan Wabup Rahmat semoga dengan adanya film PETA ini, bisa menjadi teladan untuk generasi muda sekarang. “Seperti masukan dari penggiat sejarah di Blitar, agar 14 Februari dijadikan sebagai Hari Cinta Tanah Air dan lebih dikenal dari pada Hari Valentine,” imbuhnya. (*)
Reporter : Arief Sukaputra | Editor : Lutfiyu Handi