
JAKARTA (Lenteratoday)- Sepekan jelang hari raya Idul Adha 2022, persiapan mulai dilakukan. Untuk mencegah wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) panitia kurban diminta memperhatikan beberapa hal penting.
Dikutip dari laman resmi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta , Sabtu (2/7/2022), Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP) Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Program Studi Peternakan, Sulistyo, S.T., M.Si. sarankan panitia kurban beberapa tips dalam menghadapi Idul Adha di tengah wabah PMK.
Dosen Fakultas Pertanian (FP) UNS Surakarta ini membagikan 4 tips bagi panitia kurban dalam melaksanakan kurban tengah pandemi. Seperti yang diketahui, hewan yang terjangkit PMK akan mengeluarkan air liur yang berlebih, terdapat bercak merah di mulut dan sejumlah luka di kukunya.
Berdasarkan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), hewan ternak yang terinfeksi PMK dalam taraf ringan masih sah untuk dikurbankan. Namun, daging dari hewan kurban tersebut harus direbus hingga matang sebelum dibagikan, hal ini sesuai dengan edaran dari Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet).
Pertama, Panitia hendaknya menyiapkan dandang-dandang besar untuk memudahkan jika ternyata hewan kurban yang disembelih terjangkit PMK."Untuk kurban di tengah pandemi PMK ini sebaiknya panitia menyiapkan dandang-dandang untuk perebusan. Jadi, jika ternyata hewan kurban terkena PMK ringan sesuai fatwa MUI memang sah, tetapi bagian-bagian yang terkena seperti kepala, kaki, jeroan itu harus direbus dulu sehingga aman dari virus PMK," papar Sulis dalam keterangan tertulisnya.
Kedua, panitia kurban harus mempersiapkan lubang khusus untuk membersihkan jeroan hewan kurban. Lubang tersebut nantinya dikhususkan untuk menampung air yang digunakan dalam membersihkan jeroan. Jika sudah bersih, panitia diminta untuk menambahkan asam sitrat atau deterjen sebelum menutup lubang agar tidak mencemari lingkungan.
"Biasanya ada panitia kurban yang membersihkan jeroan ramai-ramai ke sungai. Ini kan kita tidak tahu kalau ternyata ada hewan yang terpapar PMK, jadi tidak baik membersihkan jeroan di sungai," terangnya.
Selanjutnya, panitia kurban harus membedakan plastik daging, jeroan merah seperti hati, dan jeroan hijau seperti babat. Sulis mengungkapkan, pembedaan kantong plastik tersebut seharusnya memang sudah dilakukan sebelum wabah PMK. Terlebih, jeroan merah dan hijau mengandung banyak mikrobia.
Terakhir, panitia kurban yang bertugas mengurus jeroan sebaiknya tidak mengurus bagian tubuh hewan kurban lainnya. Hal ini bertujuan mencegah penularan wabah PMK.
"Personel panitia kurban sebaiknya dipisah-pisahkan begitu. Jadi personel yang mengurusi bagian jeroan cukup di situ terus, jadi jangan memegang di daging. Jeroan ya jeroan, tidak perlu pindah ke daging dan sebagainya. Itu sebaiknya dipisah-pisahkan jadi lebih aman dalam menghadapi kurban di tengah pandemi PMK," imbuh Sulis.(*)
Reporter: Doni,rls | Editor : widyawati