
MOJOKERTO (Lenteratoday) - Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, menyampikan tiga pesan para 1.300 peserta Perkemahan Moderasi Beragama yang diselenggarakan Kementerian Agama RI di kawasan Ubaya Training Centre (UTC), Trawas, Mojokerto pada Senin (29/8/2022) sore.
Para peserta perkemahan yang berlangsung hingga 31 Agustus 2022 ini merupakan para penyuluh agama dari agama Islam, Kristen, Katolik, Hindhu, dan Budha. Selain itu juga terdapat perwakilan berbagai ormas agama serta Perguruan Tinggi se-Jawa Bali.
Tiga pesan khusus yang disampaikan Gubernur Khofifah yaitu, Pertama, pentingnya upaya untuk mewujudkan Mutual understanding (Saling membangun kesepahaman) dari setiap elemen strategis. Karenanya, masing-masing perlu saling menemukenali dan memahami satu entitas dengan entitas lainnya.
"Di tengah suasana yang penuh harmoni ini. Kita harapkan bisa saling membangun kesepahaman antara satu sama lain. Sebab, kesepahaman inilah yang mendasari semua hal agar tidak mudah salah faham," tukasnya.
Pesan kedua, lanjut Khofifah, yaitu perwujudan mutual trust (Saling percaya ) satu dengan yang lain. Tujuannya adalah agar seluruh elemen bisa saling membangun kepercayaan. Kemudian yang ketiga adalah perwujudan mutual respect yang mendorong rasa saling menghormati dan menghargai satu sama lain.
"Tidak bisa orang saling percaya, saling menghormati dan menghargai kalau tidak disandari oleh kesepahaman yang komprehensif," pesan Gubernur Khofifah.
Lebih lanjut, Khofifah menuturkan bahwa Indonesia sebagai negara majemuk dengan 714 suku bangsa, tentu memiliki tantangan tersendiri dalam menjaga persatuan dan kesatuannya.
Namun, dengan semangat Bhineka Tunggal Ika, dirinya yakin bahwa kebersamaan itu bisa terus terjaga. Dan melalui proses kemah untuk membangun moderasi beragama menurutnya sebagai pertemuan yang sangat strategis.
"Melalui Perkemahan Moderasi Beragama ini memungkinkan tumbuhnya persaudaran, kesatuan dan persatuan," tegas Khofifah.
Untuk itu, orang nomor satu di Jatim ini mengucapkan terima kasih atas inisiasi dari Kementerian Agama RI yang telah mengundang lintas sektor, lintas generasi dan menghadirkan forum yang luar biasa ini di Jawa Timur.
"Ada pemuda, penyuluh agama, pimpinan ormas serta perguruan tinggi . Hal ini akan mempersambungkan bagaimana lintas agama di Indonesia ini menjadi kekuatan yang bisa merajut bagaimana persatuan, persaudaraan dan kesatuan itu dibangun sepenuh hati," jelasnya.
"Kemah ini dilaksanakan di bumi Majapahit. Bawalah ruh Majapahit ini dalam upaya untuk menyemai kasih dan damai dalam menjaga persaudaraan, kesatuan dan persatuan Indonesia. Merdeka!," pungkasnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama, Kamaruddin Amin mengatakan Kemah Moderasi bukan sekadar upacara sermonial semata melainkan untuk membangun komitmen dan fundamental dalam menjaga dan merawat kebhinekaan.
"Moderasi Beragama bukan hanya diarusutamakan secara normatif tetapi bentuk implementatif dan manifestasi komitmen bersama untuk menjaga Indonesia, menjaga keberagamaan, menjaga NKRI, Pancasila dan UUD 1945," kata Kamaruddin Amin.
"Saya yakin dan sangat percaya apa yang kita lakukan merupakan seribu langkah untuk menjaga Indonesia, keragaman dan kebhinekaan. Ini adalah tugas kita bersama sebagai individu warga bangsa dan umat beragama," sambung Kamaruddin Amin.
Di hadapan peserta Kemah Moderasi dan undangan yang hadir, Dirjen Bimas Islam mengutip sebuah kalimat sangat impresif dari seorang teolog Kristen Pastor Hans Küng yang sarat nilai moderasi beragama.
"Tidak ada perdamaian di antara bangsa-bangsa tanpa perdamaian di antara agama-agama. Tidak ada perdamaian antar agama tanpa dialog antar agama. Tidak ada dialog antar agama tanpa penyelidikan atau investigasi tentang fondasi agama-agama," ujar Dirjen Bimas Islam mengutip pernyataan Pastor Hans.
Dirjen Bimas Islam Kamaruddin Amin menegaskan sebagai umat muslim dengan keyakinan muslim dirinya tidak akan terganggu dengan agama lain
Moderasi beragama lanjut Dirjen Bimas Islam bukanlah pendangkalan akidah agar sebagian masyarakat tidak salah paham dengan makna Moderasi Beragama.
"Sebagai muslim dengan keyakinan muslim saya tidak akan pernah terganggu dengan agama lain. Ini penting supaya Moderasi Beragama tidak disalahpahami. Moderasi Beragama bukan bermaksud melemahkan akidah. Saya yakin dan percaya, agama Islam adalah terbaik, begitu juga dengan umat Hindu, Kristen, Katolik Buddha dan Khonghucu yang memiliki keyakinan bahwa agamanya yang paling benar dan menghantarkan menuju surga bertemu Tuhan," jelas Kamaruddin Amin.
Dirjen Bimas Islam pun mengajak kepada segenap peserta Kemah Moderasi untuk terus menjaga kebhinnekaan, saling menghormati dan toleran.
"Kemah moderasi bisa berperan maksimal dalam menjaga dan merawat keindonesiaan kita. Mari bersama menjaga Indonesia, menjaga agama, nilai-nilai agama dan menjaga Indonesia demi tercapainya cita-cita pembangunan dan kemerdekaan. Laksanakan tugas dengan sebaik-baiknya," tandas Kamaruddin.
Tampak hadir Bupati Mojokerto, Kakanwil Kemenag Jawa Timur Husnul Maram, Kakanwil Kemenag Jateng Mustain Ahmad, Kakanwil Kemenag Bali Komang Sri Marheni, Forkopimda Pemprov Jatim dan pejabat di lingkungan Kementerian Agama lainnya.
Pembukaan Kemah Moderasi 2022 diawali dengan defile perwakilan Jawa Timur, Jawa Barat, Banten, DKI, DIY, Jawa Tengah, Bali, PTKIN serta perwakilan masing-masing penyuluh dari Ditjen Bimas Kristen, Katolik, Budha dan Hindu se Indonesia yang mengenakan pakaian adat nusantara, serta Kasi Bimas Islam se-Jawa Timur.
"Pelopor Moderasi Beragama : semangat, kompak, moderat dan religius" pun menjadi yel-yel seribuan peserta Kemah Moderasi 2022.
Pada kesempatan tersebut juga dibacakan Deklarasi Moderasi Beragama, yang merupakan komitmen dari penyuluh agama dan Ormas Kepemudaan Islam. Diantara isi deklarasi tersebut adalah:
- Berperan aktif menjaga Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan keutuhan NKRI.
- Menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, dalam kebhinnekaan dengan menjaga semangat gotong-royong, persaudaraan, kerukunan, keadilan.
- Saling bekerja sama dalam menjaga rasa aman, tentram, dan damai dalam kehidupan bermasyarakat.
- Menjaga nilai-nilai luhur agama dan kepercayaan bangsa Indonesia dalam harmoni, kasih sayang, dan welas asih sesama manusia
- Menolak paham-paham radikal berbahaya dan segala bentuk teror yang merusak kesatuan dan persatuan bangsa. (*)
Reporter : Lutfi/rls | Editor : Lutfiyu Handi