21 April 2025

Get In Touch

Ketua Lakpesdam PBNU: Tradisi Halaqoh Penting untuk Membuka Kesadaran serta Perubahan Warga NU dan Muslim RI

(Ki-ka) Wasekjen PBNU, Ketua Lakpesdam PBNU, Dosen FISIP UB, Pegiat Sungai dan Budaya Resik Kalen dan Saberspungli. (Foto:Santi/Lentera)
(Ki-ka) Wasekjen PBNU, Ketua Lakpesdam PBNU, Dosen FISIP UB, Pegiat Sungai dan Budaya Resik Kalen dan Saberspungli. (Foto:Santi/Lentera)

MALANG (Lenteratoday) – Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) PBNU, KH. Ulil Abshar Abdalla menyampaikan pentingnya tradisi halaqoh untuk kesadaran perubahan domestik dan perubahan global di era perkembangan zaman saat ini. Bukan hanya bagi semua warga NU tapi juga seluruh muslim di Indonesia.

“Gagasan terkait halaqoh fikih peradaban sebenarnya merupakan gagasan murni dari ketua umum PBNU yakni KH. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya). Kalau tradisi halaqoh, ini awalnya ketika Gus Dur terpilih sebagai Ketua Umum PBNU untuk kali keduanya, beliau menggagas halaqoh kontenstualisasi kitab kuning. Halaqoh tersebut kemudian berjalan beberapa waktu dan mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam perjalanan dan pemikiran NU,” paparnya ketika membuka agenda Halaqoh Fikih Peradaban dan Pengesahan Pengurus Lakpesdam, Lesbumi, dan LBM NU Kota Malang, Sabtu (10/9/2022).

Lebih lanjut, dikatakannya dengan gaya bertutur khas NU yang diselingi guyon, bahwa seolah Gus Yahya ingin kembali menghidupkan Gus Dur dari alam barzakh, dengan artian yakni menghidupkan kembali kesadaran perubahan dan pengembangan pada kelembagaan Nahdlatul Ulama dengan menggiatkan kembali halaqoh.

“Kalau saya menafsirkan, halaqoh fikih peradaban ini merupakan perpanjangan dari giat islam nusantara, jadi dalam istilah islam nusantara ini PBNU telah sukses untuk menghadirkan diskusi dan juga sukses membentuk kesadaran baru,” jelasnya.

Dia berharap agar tradisi halaqoh fikih peradaban kali ini dapat seperti tradisi islam nusantara yang diluncurkan pada muktamar Jombang tahun 2016 lalu.“Istilah Islam Nusantara ini punya peran yang penting sekali, yakni mengubah kesadaran warga NU dan juga umat islam di Indonesia bahwasannya kita hidup sebagai muslim di nusantara yang mempunyai sub kultur tersendiri, dan berberda dengan umat islam negara lain. Nah inilah yang ingin kita dorong kepada para Bu Nyai dan Pak Yai sekalian, mari kita giatkan halaqoh di antara santri-santri,” terangnya.

Saat ini, disampaikannya bahwa halaqoh fikih peradaban telah disebar di semua wilayah di Indonesia dengan targetnya adalah santri dari pondok pesantren.“Kenapa membidik pondok pesantren dan bukan perguruan tinggi, karena di perguruan tinggi sudah biasa dijumpai halaqoh atau kalau bahasa kampusnya itu seminar. Sementara di pondok pesantren masih jarang atau bahkan belum ditemui adanya pendekatan seminar atau halaqoh tersebut. Inilah yang perlu kita dorong, sehingga memaksimalkan pemikiran-pemikiran yang luas dari para santri sendiri,” tandasnya.

Disinggung terkait dengan definisi tersendiri dari fikih peradaban dengan peran NU dalam relasi sosial masyarakat dan lingkungan, Gus Ulil menyebut bahwa konteks dari istilah tersebut akan mengalir sendiri seiring dengan dilakukannya kegiatan oleh kepengurusan yang baru saja dilantik dan pengasuh pondok pesantren masing-masing.

“Tidak usah didefinisikan dulu, biarkan istilah tersebut menggelinding dan didiskusikan sehingga menimbulkan percakapan, nanti baru dipikirkan bersama-sama. Jadi biar nanti Kyai dan Bu Nyai yang mendefiniskan tentang apa isi dari fikih peradaban. Acara pada hari ini juga termasuk bagian dari upaya mendefinisikan fikih peradaban. Jadi kita menggunakan pendekatan induktif, bukan deduktif,” pungkasnya.

Di sisi lain, dalam agenda tersebut juga dilangsungkan pengesahan kepengurusan Lakpesdam, Lesbumi, dan LBM NU kota Malang, masa jabatan 2022-2027 yang dibaiat langsung oleh KH. Mujab dari PCNU kota Malang.

Wakil Rois Syuriah PCNU kota Malang, KH. Drs. Muh. Nafi’ menyampaikan harapannya agar komisi 3 PCNU kota Malang bidang Pendidikan dan Budaya dapat berusaha menyediakan SDM NU, baik internal dan eksternal organisasi sampai ke ranting, untuk menciptakan budaya yang lebih kompatibel dengan perkembangan dan tuntutan jaman.(*) 

Reporter: santi wahyu | Editor: widyawati

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.