21 April 2025

Get In Touch

Petani Tebu Wadul Produktifitas Menurun pada Anggota DPR RI

Anggia Erma Rini, Wakil Ketua komisi IV DPR RI ketika memberikan sambutan dalam acara kunjungan kerja spesifik komisi IV DPR RI fi Provinsi Jawa Timur.
Anggia Erma Rini, Wakil Ketua komisi IV DPR RI ketika memberikan sambutan dalam acara kunjungan kerja spesifik komisi IV DPR RI fi Provinsi Jawa Timur.

MALANG (Lenteratoday) – Buka diskusi dengan Wakil ketua komisi IV DPR RI, kelompok petani tebu Kabupaten Malang keluhkan turunnya produktifitas tebu akibat kurangnya lahan, padahal kenyataannya pabrik gula di Jawa Timur terbilang cukup banyak. Forum diskusi tersebut disampaikan pada agenda kunjungan kerja spesifik komisi IV DPR RI di Provinsi Jawa Timur, Kamis (15/9/2022).

“Dulu 1930 waktu zaman Belanda kita bisa ekspor gula dan hampir terbesar di dunia, tapi setelah kemerdekaan kita malah impor gula. Masalah produktifitas yang sangat rendah, apakah karena kurang hadirnya pemerintah dalam pembatasan daerah produksi, kita jujur tidak tahu. Antara supply dan demand seolah tidak jelas, pabrik gula BUMN di Jawa Timur banyak yang sudah beroprasi lama dengan menggunakan teknologi yang lama dan kalah dengan pabrik pabrik yang berdatangan,” ujar Hamim Kholili, Ketua Umum PKPTR (Pusat Koperasi Primer Tebu Rakyat) Jawa Timur, Kamis (15/9/2022).

Hamim meminta pemerintah lebih memperhatikan petani tebu di Jawa Timur khususnya Kabupaten Malang, yang menjadi salah satu pemasok gula terbanyak.

“Kita minta bibit yang benar-benar cocok dengan keadaan tanah kita (Kabupaten Malang) karena lahan kita berbeda dengan daerah lain. Kita sebagai petani kecil juga tidak punya alat-alat teknologi, sudah lahannya kecil, teknologi juga belum punya, inilah yang kita harapkan pemerintah untuk hadir,” jelasnya.

Terkait masalah penghapusan subsidi pupuk, Hamim menyebut para petani pasrah dan patuh kepada pemerintah. Hamim juga sempat membandingkan subsidi yang didapat dari pemerintah Indonesia dengan Thailand. Menurutnya petani Thailand mendapatkan subsidi tidak kurang dari 30% setiap selesai panen.

“Kalau soal pupuk, kita fleksibel lah. Kalau memang dicabut, ya cabut saja. Biar tidak terjadi suudzon, kasian petani itu. Tapi, setelah panen coba hadirlah pemerintah itu. Tanya ke petani, mau subsidi berapa? Apa mau disamakan dengan Thailand? (terkait dengan subsidi),” imbuhnya.

Menjawab keluhan para petani tersebut, Anggia Erma Rini, wakil ketua DPR RI mengatakan turut merasakan keprihatinan para petani tebu di Jawa Timur khususnya kabupaten Malang. Dikatakannya bahwa semua hasil diskusi akan dijadikan informasi untuk selanjutnya dikaji bersama anggota komisi IV DPR RI nanti, di Jakarta.

“Presiden pernah bilang bahwa harusnya kita bisa menjadi swasembada gula karena produksi tebu yang banyak khususnya di provinsi Jawa Timur. Masalahnya adalah pasokan tebu sangat kurang, padahal sudah ada pabrik gula di beberapa wilayah di jawa timur. Jadi tentu pada pertemuan kali ini kita membutuhkan informasi untuk dijadikan landasan dan dirapatkan di jakarya. Kita komisi IV punya komitmen sangat kuat terhadap petani tebu,” jelas Anggia Erma Rini, wakil ketua DPR RI, ditemui pada acara yang sama.

Lebih lanjut, Anggia juga merasa sangat aneh dengan kebijakan pemerintah yang menghapus peraturan pabrik gula baru harus mempunyai lahan minimal 20%. Menurutnya saat ini banyak pabrik tebu yang bermunculan namun sebenarnya bahan baku sangat kurang. Banyaknya pabrik gula namun pasokan tebu yang kurang diibaratkannya sebagai tebu wisata.

“Mereka punya pabrik tapi tidak punya lahan binaan sendiri, jadi tebu dari Malang dikirim ke Madiun, dari Madiun ke Blitar, dari Blitar ke Malang lagi, ini yang disebut tebu wisata,” imbuhnya.

Di akhir, Anggia pun menyebut solusi yang bisa diambil adalah dengan perluasan lahan dan menjalin mitra kerja sebaik baiknya dengan para petani, sebab gula dihasilkan dari tebu, bukan dari pabrik.

“Solusinya ya kita jalin mitra kerja dengan para petani tebu di Jawa Timur ini, khususnya di Kabupaten Malang. Kita serap aspirasi mereka. Karena sebenarnya produksi gula ada di tebu, bukan di pabriknya. Jadi jawabannya adalah perluasan lahan, bukan dengan pendirian pabrik baru tanpa lahan. Karena ini untuk menambah kekurangan produksi sebanyak 1,3juta ton,” tandasnya. (*)

Reporter: Santi Wahyu | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.