
SIDOARJO (Lenteratoday) - Para penghuni Unit Pelaksana Teknis (UPT) Rehabilitasi Sosial (Rehsos) di bawah Dinas Sosial Pemkab Sidoarjo menerima program trauma healing, Rabu (21/9/2022). Seperti kegiatan psikologi, promosi kesehatan, sosial dan spritual serta senam bersama. Itu dilakukan untuk menjamin kehidupan mereka menjadi lebih baik lagi.
Program rutin ini juga untuk melatih daya ingat dan menjaga kesehatan puluhan warga binaan. Program itu dilakukan sebagai bentuk konsep memanusiakan manusia. Karena pada dasarnya mereka adalah manusia yang membutuhkan pendampingan karena memiliki masalah kesehatan mental.
Tempat yang dulu bernama Liponsos (Lingkungan Pondok Sosial) itu menampung berbagai orang PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial). Diantaranya Gelandangan Pengemis/Gepeng, Orang Dengan Gangguan Jiwa/ODGJ, Lansia dan orang terlantar.
Kepala Dinas Sosial Sidoarjo, Misbahul Munir, saat memantau di Rehsos mengungkapkan kegiatan itu diberikan sebagai bentuk pelayanannya kepada para PMKS. Menurutnya orang-orang yang tidak beruntung seperti ini perlu juga mendapatkan perhatian. Dengan perhatian itu, ia yakin semangat mereka untuk hidup yang lebih baik lagi akan terus tumbuh.
"Kegiatan seperti ini selalu kita lakukan, selain untuk menjamin kehidupan mereka lebih baik, juga untuk menumbuhkan semangat mereka dalam menjalani kehidupan yang lebih baik lagi ditengah-tengah masyarakat nantinya," ucap pria yang akrab dipanggil Pak Misbah itu usai melihat bimbingan psikologi yang dilakukan Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo kepada puluhan warga binaannya.
Pak Misbah mengatakan tidak selamanya para PMKS itu berada ditempatnya. Mereka harus kembali kemasyarakat sesuai fitrahnya sebagai mahluk sosial. Untuk itu upaya menumbuhkan semangat mereka untuk kembali bersosialisasi di tengah masyarakat dilakukannya.
"Melalui kegiatan trauma healing secara rutin, perlahan akan menumbuhkan daya ingat dan semangatnya untuk kembali berkeinginan hidup bermasyarakat," katanya.
Pak Misbah juga mengatakan bahwa tidak jarang ia datang ke Rehsos. Itu dilakukannya agar tahu langsung kondisi psikis dan kesehatan warga binaannya. Ia datangi satu persatu ruang isolasi para PMKS tersebut dan mengajak mereka ngobrol.
Mulai dari lansia sampai ODGJ, ia ajak berinteraksi langsung. Meski ia tahu kadang mereka tidak nyambung kalau diajak berbicara. Namun, itu dilakukannya untuk membuat keberadaan mereka merasa diterima.
"Interaksi dengan warga binaan perlu dilakukan, selain untuk mengetahui kesehatan fisik maupun mental mereka, juga untuk membuat mereka merasa diterima keberadaannya oleh kita," sampainya.
Pak Misbah mengatakan, bekerja seperti ini harus dari hati. Kalau tidak, pelayanan kepada para PMKS tidak akan lebih baik. Keadaan mereka harus diterima dengan hati yang tulus. Pasalnya mereka datang ke Liponsos dengan berbagai permasalahannya sendiri.
Ada yang tidak diterima keluarganya atau meninggalkan rumah karena tidak nyaman dengan keluarganya. Untuk itu, ia meminta pegawai Liponsos dapat memberikan kehangatan kepada mereka dengan bekerja dengan hati.
"Jangan sampai mereka yang sudah memiliki permasalahan tersendiri, kita tambah dengan permasalahan akan keberadaan mereka disini," ucapnya.
Ia mencontohkan permasalahan Aditya Indra Pratama yang kabur dari keluarganya. Anak laki-laki berusia 13 tahun itu kemarin diserahkan ke Liponsos oleh Polsek Waru. Aditya yang kabur dari rumahnya di Desa Tutup Sukorame, Kecamatan Jepon, Blora, Jawa Tengah itu sempat lontang lantung di terminal Bungurasih sebelum diamankan anggota Polsek Waru. Sampai saat ini Dinsos masih berusaha menghubungi pihak keluarga Aditya. Nantinya Dinsos akan memfasilitasi kepulangannya. (*)
Reporter : Angga Prayoga | Editor : Lutfiyu Handi