Sempat Diresmikan UNESCO, Kini Pemakaman Massal Korban G30S/PKI di Plumbon Terbengkalai

SEMARANG (Lenteratoday) - Pemakaman masal korban G30S/PKI di Dusun Plumbon, Wonosari, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang sempat diresmikan oleh The International Centre for the Promotion of Human Rights (CIPDH) UNESCO pada 2015 silam. Namun, saat ini kondisinya kurang terawat.
Aktivis kemanusiaan dan penggiat HAM dari Perkumpulan Masyarakat Semarang, Yunantyo Adi, menjelaskan sejarah diresmikannya situs pemakaman tersebut oleh UNESCO.
"Diresmikan ramai-ramai 1 Juni 2015, bertepatan dengan Hari Lahir Pancasila melibatkan pemerintah, TNI-Polri, Ormas, keluarga korban dan lainnya," terangnya saat dihubungi belum lama ini.
Sebelumnya, pemakaman tersebut telah ditemukan sejak 2014 oleh mahasiswa Universitas Katolik Soegijapranata. Kemudian, melakukan lobbying dengan pihak terkait hingga akhirnya diresmikan.
UNESCO menobatkan pemakaman ini sebagai situs sejarah korban perang. Pemakaman tersebut dinilai sebagai situs pelanggaran HAM berat di masa lalu. Selain sebagai monumen, diharapkan dapat menjadi sarana edukasi kepada masyarakat mengenai sejarah Indonesia.
Diketahui terdapat 24 korban yang dimakamkan di situs tersebut, namun hanya 8 korban yang namanya tercatat.
"Di makam masal itu ada 24 jasad, tapi yang tertulis di monumen ada 8 nama, satu di antaranya jasad perempuan bernama Moetiah yang merupakan bangsawan Syar'i yang aktif di Gerwani dan aktif mengajar di Taman Kanak-kanak Melati," terang Yunantyo.
Sementara itu, salah satu warga Plumbon, Ahmad Khamin, menyampaikan bahwa saat ini memang tidak ada petugas kebersihan yang merawat situs tersebut.
"Saya dulu pernah menjadi yang bersih-bersih disini, tapi karena sekarang sudah tidak di bayar ya saya lepas. Tapi setelah tidak ada yang resmi untuk bersih-bersih, dulu warga dan yang suka cari nomer sempat sering merawat makam ini," katanya.
Kondisi situs dipenuhi oleh rumput liar yang menjulang. Akses jalan menuju lokasi pun cukup sulit. Disamping jalan yang menanjak, situs terletak di tengah hutan dan persawahan.
Reporter : Azifa Azzahra | Editor : Endang Pergiwati