20 April 2025

Get In Touch

Kreatif Olah Sampah, SMP Bilingual Terpadu Krian Gelar Kegiatan P5

Salah satu hasil karya siswa dalam mengolah sampah.
Salah satu hasil karya siswa dalam mengolah sampah.

SIDOARJO (Lenteratoday) - SMP Bilingual Terpadu menggelar kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) pada 26 September hingga 7 Oktober 2022, di lokasi sekolah SMP Bilingual Terpadu, Krian, Sidoarjo. Kegiatan ini merupakan program kokurikuler yang ditetapkan dalam kurikulum merdeka sebagai pembelajaran dengan paradigma baru.

Kegiatan ini diikuti oleh seluruh peserta didik di kelas 7 dengan melibatkan guru sebagai koordinator dan fasilitator projek. Selama 2 minggu kegiatan ini berjalan dengan sangat baik. Para peserta didik serius dalam mengikuti kegiatan ini karena mereka dilibatkan dalam penentuan rencana dan pelaksanaan projek. Selain itu, mereka melakukan kegiatan pembelajaran ini di ruang terbuka (outdoor space) yang tentunya menambah suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.

Ada tiga macam projek yang akan diterapkan dalam satu tahun ke depan. Projek pertama ini bertemakan tentang gaya hidup berkelanjutan. Melalui tema tersebut para peserta didik di sekolah ini diharapkan memiliki kesadaran akan kepedulian lingkungan. Terutama tentang bagaimana cara mengolah sampah yang sampai saat ini menjadi ancaman bagi kelestarian lingkungan.

Tidak cukup kesadaran, bersama dengan fasilitator yang kreatif, mereka mengaplikasikan langsung untuk menemukan solusi dalam mengolah sampah. Hal ini dilakukan sesuai dengan tujuan projek pertama ini ialah untuk membentuk karakter mandiri, kreatif dan gotong royong bagi peserta didik sesuai dengan dimensi profil pelajar Pancasila.

Ada beberapa macam pengolahan sampah yang dilakukan peserta didik di sekolah yang bernaung di Pesantren Modern Al-Amanah Junwangi ini. Pertama ialah sampah daun. Sampah organik jenis ini sangat banyak ditemukan di sekolah ini layaknya menjadi kearifan lokal yang terus dikuatkan eksistensinya dan kebermanfaatannya. Terutama daun trembesi dan bambu. Daun trembesi di beberapa literatur dijelaskan bahwa daun tersebut memiliki kandungan unsur hara N sebesar 6,52%, unsur hara P sebesar 0,47% dan unsur hara K sebesar 2,25%. Trembesi juga sering digunakan sebagai tanaman pelindung atau peneduh sebab mampu menyerap karbon dan polutan lebih tinggi. Trembesi dapat menyerap CO2 sebesar 28.5 ton/pohon/ tahun.

Begitu juga daun bambu yang mengandung nutrisi yang besar yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman serta meningkatkan kesehatan tanaman. Dengan semangat literasi tersebut, maka pengolahan sampah daun ini diproyeksikan menjadi pupuk tanaman organik karena kandungannya yang sangat baik untuk tanaman, khususnya untuk memperbaiki kondisi tanah yang rusak akibat pencemaran zat kimia atau sekedar menjadikan tanah  yang semula tidak begitu subur menjadi subur.

Untuk tahapan mengolah jenis sampah ini, peserta didik membiasakan diri untuk membersihkan reruntuhan daun dan menempatkan pada tempat sampah khusus daun. Selanjutnya ialah proses pengeringan atau penjemuran. Hal ini dilakukan agar lebih mudah ke tahapan selanjutnya. Setelah daun kering, peserta didik melakukan proses penggilingan agar daun menjadi lembut. Kemudian difermentasi menggunakan cairan EM4 selama 6 hari. Langkah berikutnya ialah packaging.

Kedua, jenis sampah non organik yang terdiri dari botol plastik, bungkus plastik dan kertas. Belajar dari jenis sampah ini, peserta didik diajak memahami dampak negatif sampah plastik bagi kehidupan sekitar. Bahwasannya plastik ini merupakan material yang tidak bisa dimusnahkan dalam tanah dan dapat mencemari lingkungan. Bahkan jika dibakar pun akan justru menimbulkan asap yang mengandung zat yang berbahaya.

Dari pemahaman tersebut, maka peserta didik diharapkan bisa menerapkan gaya hidup yang ramah lingkungan dengan mengurangi penggunaan bungkus plastik. Selain itu, peserta didik mampu menemukan solusi dalam mengolah sampah jenis ini agar menjadi barang bermanfaat yang memiliki nilai seni dan fungsi dalam kehidupan sehari-hari, seperti miniatur hewan, perahu, kolase, tempat duduk, tempat pensil dan lainnya. Demikian juga sampah kertas berhasil diolah menjadi vas bunga, tempat sampah mini, tempat tisu, tempat pena, bingkai foto, bingkai cermin, hiasan jam dinding, kaligrafi dan lainnya.

Saiful Anshori, selaku kepala sekolah, mengaku senang dengan adanya kegiatan seperti ini. Sebab dengan aktifitas seperti ini peserta didik yang semuanya bermukim di pesantren ini menjadi lebih antusias dalam kegiatan pembelajaran. “Yang terpenting di sini bukan berarti peserta didik diajari menjadi pemulung atau pekerjaan yang remeh temeh, akan tetapi mereka sedang mengasah jiwa kewirausahaan mereka diantaranya berlatih kerja keras, pantang menyerah dan kritis serta mencari problem solving,” ucapnya.

Dengan dibekali karakter-karakter seperti ini, Saiful yakin bahwa peserta didik di sekolah ini mampu menghadapi segala macam tantangan di masa yang akan datang.

Dia juga berharap dengan adanya momentum proyek seperti ini akan menjadi starting point menuju kearifan budaya yang sebelumnya masih tahap pembiasaan dengan skala perintah (instruction). Setelah kegiatan ini rampung harapannya menjadi sebuah inisiatif serta kesadaran (awareness).

Indikator keberhasilannya ialah kegiatan ini harus menjadi sistem yang secara rutin dijalankan oleh setiap warga sekolah dengan penuh kesadaran bukan sekedar momentum saja.

Beliau selalu mengajak kepada seluruh warga sekolah, khususnya kepada dewan guru dan peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam memperhatikan lingkungan di luar kelas bukan hanya pada saat jam mengajar di dalam kelas saja. Karena di luar kelas juga sama pentingnya agar pembelajaran menjadi kontekstual yang bermakna dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan kehidupan.

Rerporter : Miranti Nadya | Editor : Endang Pergiwati

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.