27 April 2025

Get In Touch

Implementasi STBM 5 Pilar, Pasangan Istri dari Desa Kanigoro Ubah Limbah Jelantah Jadi Sabun dan Lilin Aroma

Implementasi STBM 5 Pilar, Pasangan Istri dari Desa Kanigoro Ubah Limbah Jelantah Jadi Sabun dan Lilin Aroma


MALANG (Lenteratoday) – Manfaatkan limbah minyak jelantah, Sigit Wahyudi, warga Desa Kanigoro, Kec. Pagelaran, Kabupaten Malang, beserta istri yakni Lilik Yuliati lakukan inovasi dengan mengubah jelantah menjadi sabun dan lilin aroma.

Hal tersebut dinilai sebagai wujud implementasi pilar ke 5 pada STBM 5 pilar, yakni pengelolaan dan pengamanan limbah cair rumah tangga. Selain itu, inovasi yang dilakukan keduanya telah didukung oleh kelurahan serta Puskesmas Mulyorejo dan Puskesmas Dinoyo, tempat Lilik bekerja sebagai tenaga sanitasi lingkungan Puskesmas.

“Minyak jelantah ini kalau dibuang sembarangan, dampaknya lada lingkungan akan tidak baik. Bisa berpengaruh pada kualitas dan oencemaran air, serta menjadikan tanah tandus. Oleh karena itu, pemanfaatan limbah jelantah menjadi produk sabun dan lilin ini juga termasuk dalam implementasi dari pilar ke 5 pada STBM 5 pilar,” ujar Lilik Yuliati, salah satu anggota Agen Perubahan Lingkungan (Apel) dari Puskesmas Dinoyo sekaligus perwakilan dari Puskesmas Mulyorejo, Kamis (20/10/2022).

Lilik kemudian menjelaskan awal mula sang suami menginisiasi untuk membuat program Donasi Jelantah (Donat), yakni pada tahun 2019. Dari donasi yang dikumpulkan tersebutlah kemudian diolah menjadi sabun dan lilin aroma.

“Pada tahun 2019, Pak Sigit membuat program Donasi Jelantah. Awalnya dari donasi jelantah yang dikumpulkan dan ada pihak ke 3 yang mengambil. Setelah itu diolah menjadi sabun,” jelasnya.

Proses pembuatan produk, sambung Lilik, yakni minyak jelantah harus dijernihkan terlebih dahulu menggunakan arang selama 1 malam. Kemudian baru bisa dicampurkan dengan bahan lain yakni seperti air, NaOH (Natrium Hidroksida) dan pewarna makanan. Sabun yang sudah dicetak harus dibiarkan selama 4 minggu untuk proses saponifikasi.

“Jadi kalau 2 liter jelantah maka dibutuhkan arang 1 genggam. Setelah itu disaring dan diolah menjadi sabun. Fungsi dari pemberian arang yakni untuk menyerap racun dan bau. Sabun ini zat kimianya menggunakan NaOH. Setelah itu diberikan pewarna makanan dan dicetak. Dibiarkan selama 4 minggu untuk proses saponifikasi agar reaksi kimia antara air, NAOH dan jelantah bisa tercampur semua,” paparnya.

Lebih lanjut, Lilik menekankan bahwa sabun yang dibuatnya tersebut bukan untuk pemakaian badan. Sebab, untuk sementara ini pihaknya belum melakukan uji laboratorium lebih lanjut terkait dengan kandungan kimia pada produknya.

“Meskipun sudah diproses, kandungan kimia di dalam sabun yang sudah jadi ini kita belum lakukan penelitian. Jadi sabun ini lebih digunakan untuk membersihkan lap-lap yang kotor, cuci tangan biasa, dan juga untuk souvenir,” tambahnya.

Lilik kemudian menyebutkan olahan jelantah yang kedua, yakni lilin aroma. Menurut Lilik, proses pembuatan lilin terbilang sama dengan sabun, yang membedakan hanyalah zat kimia yang digunakan, yakni Stearin.

“Kita ini sifatnya adalah recycle. Jadi untuk mengolah limbah jelantah kami menggunakan bahan campuran yang ramah di kantong, tidak memberatkan masyarakat. Karena tujuan kami adalah mengedukasi kepada masyarakat agar jelantahnya tidak dibuang sembarangan dan merubahnya menjadi produk bernilai jual,” serunya.

Ketika disinggung terkait pemasaran, Lilik mengaku saat ini produknya bisa didapatkan di marketplace online dan instagram Wanna Collection. Sementara itu, untuk harga, Lilik mematok Rp. 7000 per lilinnya dengan kemasan gelas kecil yang menarik.

“Sekitar 7000 untuk 1 lilin yang dikemas dengan gelas ukuran kecil. Dari modal yang dikeluarkan bisa mendapatkan keuntungan sebesar 50%. Sementara ini, pemasaran ada di e-commerce dengan nama Wanna Collection,” sambungnya.

Di akhir, Lilik berharap agar melalui kader binaannya kedepan dapat mengenalkan produk dan cara pengolahan minyak jelantah yang termasuk sebagai limbah cair menjadi lebih sederhana serta lebih murah kepada masyarakat luas.

Reporter: Santi Wahyu | Editor : Endang Pergiwati

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.