21 April 2025

Get In Touch

Saat Ekonomi Diramal ‘Gelap’, APBN Indonesia Surplus Lagi

Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa, Jumat (21/10/2022). (tangakapn layar)
Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa, Jumat (21/10/2022). (tangakapn layar)

JAKARTA (Lenteratoday)- Berbagai ramalan mengatakan, pertumbuhan ekonomi negara terbesar dunia seperti Amerika, Eropa, dan Tiongkok menunjukkan tren pelemahan tahun 2022 dan 2023. Kabar baiknya bagi Indonesia, realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 masih menunjukkan surplus senilai Rp 60,9 triliun atau setara 0,33 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sehingga, APBN sudah mencatatkan surplus sebanyak sembilan kali berturut-turut.

Sampai akhir September 2022, pendapatan negara mencapai Rp 1.974,7 triliun atau tumbuh 45,7 persen secara tahunan (yoy). Tingginya angka pendapatan negara ditopang dari penerimaan pajak Rp 1.310,6 triliun (yoy), kepabeanan dan cukai Rp 232,1 triliun, serta PNBP Rp 431,5 triliun.

"Jadi sisi pendapatan menggambarkan semuanya hijau, positif, hijau, tinggi, yang menggambarkan pemulihan ekonomi yang cukup baik. Ini semuanya menjadi cerita yang positif,"kata Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa, Jumat (21/10/2022).

Sementara belanja negara mencapai Rp 1.913,9 triliun atau naik 5,9 persen (yoy). Realisasi belanja negara meliputi belanja Kementerian Lembaga (K/L) sebesar Rp 674,4 triliun, non K/L sebesar Rp 686,8 triliun, serta TKD Rp 552,7 triliun. Kemudian untuk sisa lebih pembiayaan anggaran (SiLPA) per September 2022 mencapai Rp 490,7 triliun.

"APBN menggambarkan pemulihan ekonomi, menggambarkan APBN mulai sehat dan kemampuan kita untuk mulai menciptakan bantalan terhadap apbn dari gejolak global yang berasal dari harga komoditas inflasi, suku bunga dan penguatan dolar," jelas Menkeu.

Nasib RI Tahun Depan

Terkait kondisi RI tahun depan, Menkeu mengatakan, “Untuk Indonesia, kita masih diproyeksi oleh berbagai lembaga dunia cukup baik di sekitar 5 persen. Namun kita tidak boleh tidak waspada, karena memang guncangan ekonomi sangat kencang dan sangat besar yang harus terus kita kelola dan waspadai secara baik.”

Sri Mulyani mengatakan, koreksi pertumbuhan ekonomi terjadi di semua negara. International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan ekonomi dunia di level 3,2 persen pada tahun 2022 dan 2,7 persen pada tahun 2023.

Menkeu memastikan kondisi ekonomi Indonesia relatif kuat, dengan outlook 2022 diproyeksikan tetap 5,3 persen. Kinerja sektor eksternal Indonesia masih cukup solid."Perekonomian Indonesia 5-5,3 persen di tahun 2022. Artinya, di kuartal III pertumbuhan ekonomi sangat kuat di area atas 5,5 persen, perkiraan dari Kementerian Keuangan," imbuhnya.

Ia mewaspadai gelombang ekonomi dunia serta kecenderungan suku bunga yang naik pasti akan mempengaruhi indikator dan faktor mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2023. “Neraca perdagangan bulan September 2022 USD 4,9 miliar. Ini adalah surplus 29 bulan berturut-turut,” sambungnya.

Sri Mulyani melanjutkan, neraca perdagangan tersebut memberikan bantalan terhadap gejolak yang terjadi dari sektor ekonomi global. Ekspor terlihat mengalami penurunan dibandingkan bulan terakhir.

Dalam jangka pendek, Menkeu memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal ketiga masih akan sangat kuat. Hal ini tercermin dari indikator konsumsi maupun produksi.

Kemenkeu mencatat PMI manufaktur Indonesia terus ekspansi selama 13 bulan berturut-turut, menggambarkan pemulihan ekonomi sejak terjadinya pandemi terjaga momentumnya.“Terlihat indikator sebagai mobilitas dan indeks penjualan ritel, spending index yang diukur oleh Mandiri semuanya masih dalam situasi positif dan ekspansif,” tutupnya.(*)

Reporter:hiski,rls | Editor:widyawati

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.