
SURABAYA (Lenteratoday) - Menyambut Bulan Inklusi Keuangan 2022 (BIK 2022), nilai inklusi keuangan di Jawa Timur mengalami peningkatan. Hal itu disampaikan Direktur Pengawasan LJK 2 dan Manajemen Strategis Otoritas Jasa Keuangan Regional 4 Jawa Timur, Dedy Patria, dalam acara Jatim Inclusion Festival (JIFest) 2022, Kamis (27/10).
Ia menjelaskan, pada 2019 nilai inklusi keuangan Jatim berada di angka 89. "Pada saat saya dengan Ibu Gubernur Jawa Timur, Khofifah, beliau menyampaikan bahwa sudah 90 lebih inklusinya. Nanti kami pastikan datanya, yang pasti meningkat terus," ungkap Dedy pada Jumat (28/10/2022).
Meski inklusi keuangan di Jawa Timur bisa dikatakan meningkat, Dedy mengakui untuk capaian literasi angkanya masih rendah."Masih banyak masyarakat yang belum paham terhadap produk keuangan atau investasi yang mereka lakukan sehingga gap tersebut yang harus diperbaiki agar kenaikan nilai inklusi juga diiringi dengan peningkatan literasi keuangan," katanya.

Kepala OJK Regional 4 Jawa Timur, Bambang Mukti Riyadi mengatakan, kegiatan JIFest 2022 ini merupakan puncak dari BIK 2022. “Kedua peristiwa tersebut menginpirasi kami untuk memperjuangkan terwujudnya Industri Jasa Keuangan yang inklusif sehingga memberikan manfaat yang optimal untuk masyarakat,” ujarnya.
Selain mendorong inklusi, yang tidak kalah penting adalah literasi masyarakat. Hal yang cukup menggembirakan adalah bahwa indeks literasi dan inklusi nasional tahun 2022 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2019 yaitu mencapai 49,9 persen untuk literasi dan 84,2% untuk inklusi. Artinya indeks literasi mengalami peningkatan 11,87% sedangkan indeks inklusi meningkat 8,07%.
Pada kesempatan itu, Dedy memaparkan jika kinerja penyaluran kredit UMKM di Jatim hingga September 2022 mencapai Rp199,9 triliun atau meningkat 17,26 persen (yoy). “Hal ini juga sejalan dengan pertumbuhan ekonomi di Jatim sebesar 5,74 persen atau lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional,” katanya.
Dedy menyebut capaian kredit UMKM di Jatim berkontribusi sebesar 37,67 persen terhadap total kredit di Jatim sebesar Rp528 triliun. Terdapat tiga sektor terbesar penyaluran UMKM yakni perdagangan 50,27 persen atau Rp98,2 triliun, pertanian 15,40 persen atau Rp30,1 triliun dan industri pengolahan Rp24,2 triliun atau 12,39 persen.
“Kami yakin penyaluran kredit UMKM ini akan terus bertumbuh sampai akhir tahun dengan segala potensi yang ada. Bahkan jika kita lihat, NPL atau rasio kredit UMKM cenderung turun dari 4,89 persen pada September 2021 menjadi 4,79 persen pada September 2022,” jelasnya.
Sementara itu, untuk penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Jatim hingga September 2022 tercatat mencapai Rp69,2 triliun atau berkontribusi sebesar 29,60 persen dari KUR di Pulau Jawa. Penyaluran KUR tersebut meningkat 77,52 persen (yoy).
"Sektor terbesar penyaluran KUR di Jatim ini di antaranya adalah perdagangan dengan kontribusi 43,49 persen atau Rp30,1 triliun, pertanian Rp21 triliun atau 30,29 persen, dan industri pengolahan Rp6,8 triliun atau 9,87 persen."pungkasnya.
Sementara itu, Anggota Komisi XI DPR RI Indah Kurnia menegaskan bahwa tingkat literasi keuangan suatu bangsa sangat berpengaruh pada tingkat kesejahteraan masyarakat. Sehingga meningkatkan indeks literasi menjadi tantangan bagi kita Bersama.
Indah Kurnia mengharapkan tim bentukan Pemprov Jatim, yaitu TPAKD dan TPID dapat berkolaborasi mendorong literasi dan inkluai keuangan Jatim mencapai level yang lebih baik lagi.
Reporter : Nur Hidayah | Editor : Endang Pergiwati