
MOJOKERTO (Lenteratoday)– Bupati Mojokerto, Ikfina Fahmawati melakukan sosialisasi pentingnya Revitalisasi Bina Keluarga Remaja (BKR). Program yang diinisiasi Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (DP2KBP2) ini diharapkan bisa memberi wawasan mengenai pola asuh anak yang tepat.
“Pola asuh untuk balita itu penting, maka ada program Bina Keluarga Balita (BKB). Sebab saat balita ada proses terbentuk jaringan otaknya. Paling banyak jaringan yang terbangun pada balita usia satu tahun pertama setelah lahir. Makanya hal tersebut penting, selain harus memastikan otaknya tumbuh sempurna. Masalah, kalau kurang gizi, bagaimana kita bisa memberikan pengasuhan yang tepat pada balita,” ungkap Bupati Ikfina, Selasa (15/11/2022).
Dalam acara yang berlangsung di Balai Desa Betro, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto, Bupati Ikfina mengajak orang tua untuk aktif mengikuti kegiatan BKR. Ikfina juga menjelaskan, tak kalah penting dengan BKB dan BKR, Bina Keluarga Lansia (BKL) juga dinilai sangat penting untuk mewujudkan lansia yang tetap sehat dan produktif. Pola pengasuhan terhadap keluarga yang memiliki anggota keluarga lansia ini pun bakal diajarkan dalam sesi BKL.
“BKL ini kalau keluarganya tidak bisa merawat lansia dengan baik, akan menjadi masalah. Kenapa? Karena sudah tua, sehingga metabolisme tubuhnya menurun. Lansia juga sensitif, saat masa penuaan, sudah wajar banyak penyakit. Kalau tidak dijaga dengan baik, maka akan timbul masalah, sehingga berpengaruh pada kondisi keluarga tersebut. Sehingga kita harus tetap jaga agar tetap bisa sehat dan produktif,” imbuhnya.
Program BKR, lanjut Ikfina, merupakan program pola pengasuhan terhadap anak usia remaja. Dimana program tersebut menyasar para orang tua yang memiliki anak remaja. Menurutnya, melalui BKR ini, orang tua akan lebih bisa belajar pola pengasuhan terhadap remaja yang baik.
“BKR itu kegiatan untuk orang tuanya, yang memiliki anak remaja dengan usia 10 hingga 24 tahun. Dalam BKR, akan diajarkan bagaimana cara yang baik menjadi orang tua untuk remaja. Remaja itu harusnya curhatnya dengan orang tuanya, terbuka dengan orang tuanya, sehingga kita akan bisa memantau betul sampai seberapa jauh perkembangan anak remaja kita,” ungkapnya.
Dengan pola pengasuhan yang baik, pola komunikasi yang benar terhadap remaja, Ikfina menambahkan, tidak akan ada anak-anak remaja yang terhasut pengaruh negatif sehingga merugikan masa depannya dan banyak pihak.
“Tidak akan ada anak-anak remaja yang terhasut pengaruh negatif kalau remaja ini terbuka kepada orang tuanya. Di sini (BKR) kita bisa belajar berkomunikasi dengan remaja. Bagaimana caranya? Itu kita bahas dalam BKR,” jelasnya.
Bupati Ikfina mengatakan, banyak orang tua yang punya pola pikir dan anggapan berbeda ketika memiliki anak usia remaja. Mayoritas orang tua berpikir bahwa remaja sudah bisa mengurus dirinya sendiri dan tak memerlukan perhatian lagi.
“Bukan berarti remaja sudah bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, bukan berati mereka tidak memerlukan perhatian. Mereka butuh teman untuk bertukar pikiran. Apalagi jika remaja kita dalam kondisi akal dan aqilnya tidak seimbang,” katanya.
Terkait pola pengasuhan anak remaja, orang tua pun harus terus belajar segala tantangan yang akan dihadapi di masa kini. “Sebetulnya kita para orang tua itu butuh belajar untuk berkomunikasi dengan remaja, karena caranya saja sudah berbeda. Kita tidak pernah diberi pelajaran saat sekolah untuk menjadi orang tua. Maka dari itu kita harus belajar melalui BKR ini,” imbuhnya.
Untuk memberikan pengasuhan yang baik dan benar terhadap remaja, Bupati Ikfina berharap BKR di Kabupaten Mojokerto kembali digalakkan. Tak hanya itu, pihaknya juga meminta agar orang tua yang memiliki anak usia remaja juga aktif mengikuti BKR agar bisa menjaga dan merawat anak - anak remaja dengan baik dan tidak salah dalam bergaul.
Sebagai orang tua untuk remaja, Ikfina menyampaikan, orang tua harus bisa mendampingi anak-anak dengan baik. Ikfina juga meminta agar terus mengedepankan membangun hubungan baik dengan anak di usia remaja.
“Mari jadikan kita ini menjadi satu-satu orang yang selalu diinginkan, dirindukan oleh anak, dan selalu menjadi yang dibutuhkan oleh anak. Bagaimana kita bisa membina hubungan seperti itu kepada anak? kita perlu terus belajar,” pungkasnya. (*)
Reporter: Nur Hidayah | Editor:Widyawati