
"Hope is a waking dream" – Aristotle
KOLOM (Lenteratoday) -Banyak orang sering salah mengartikan, harapan adalah angan-angan belaka yang tiada berdasar. Padahal, sebenarnya harapan adalah impian yang bisa saja diwujudkan di dunia nyata. Harapan bisa berarti keyakinan bahwa segala keadaan akan segera berubah menjadi lebih baik, tak peduli seberapa besar atau kecil.
Pada tahun 1950an, seorang profesor bernama Curt Richter melakukan sebuah eksperimen yang kontroversial. Richter meneliti tentang seberapa lama tikus-tikus dapat bertahan di dalam air, namun pendekatan yang dia lakukan sangat mengerikan.
Yang pertama, Richter mengambil selusin tikus dan menaruh mereka dalam gelas wadah berisi air, dan mengamati saat di mana mereka perlahan-lahan mati tenggelam. Gelas situ sangat panjang dan juga besar, sehingga praktis tikus-tikus tersebut tidak dapat melompat untuk menyelamatkan dirinya.
Secara umum, tikus-tikus tersebut akan bertahan selama 15 menit, sebelum akhirnya mati tenggelam.
Kemudian Richter melakukan eksperimen kembali, hanya saja sebelum tikusnya kelelahan dan menyerah, ia lantas mengambil dan mengeringkan para tikus, setelah itu tikus-tikus tersebut akan diberikan waktu istirahat, sebelum dilemparkan kembali ke dalam gelas wadah.
Sekarang, pertanyaannya, berapa lama tikus tersebut mampu bertahan hidup?
Ingat, sebelumnya mereka berenang sampai kelelahan, kemudian diangkat oleh Richter.
Hasilnya sungguh mengejutkan, dari yang semula 15 menit, meningkat tajam hingga 60 jam.
Ini tidak salah, tikus-tikus tersebut mampu berenang selama 60 jam.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menyelamatkan mereka sebelum tenggelam, telah menaikkan kekuatan atau waktu berenang mereka sebanyak 240 kali lebih lama saat diletakkan kembali ke dalam gelas.
Bahkan, Richter mencatat ada pula yang sanggup bertahan hingga 81 jam.
Mengapa hal ini bisa terjadi?
Kesimpulannya adalah, karena tikus memiliki keyakinan bahwa dia akan diselamatkan lagi nanti, sehingga mereka mampu memaksa tubuh melebihi batasan maksimal yang mereka percayai.
Hasil penelitian ini menjadi gambaran nyata akan pentingnya harapan dan optimisme.
Bahwa orang akan mampu melakukan sesuatu yang menakjubkan, saat mereka mempunyai harapan segala keadaan akan segera berubah menjadi lebih baik. Itu yang dinamakan harapan
Senada dengan itu, Jerome Groopman dalam The Anatomy of Hope, menuliskan, bagaimana ia menemukan bahwa perubahan pola pikir berdampak pada perubahan neurokimia seseorang.
Dia percaya bahwa harapan bahkan dapat membantu mengurangi rasa sakit : "Kepercayaan dan harapan - unsur utama harapan- dapat mengurangi rasa sakit dengan melepaskan hormon endorfin dan enkefalin, yang sifatnya sama seperti morfin," tulis Groopman.
Dalam "hal-hal tertentu, harapan juga memiliki beberapa efek yang penting pada proses fisiologis seperti pernapasan, sirkulasi dan fungsi motoris."
Riset Groopman menunjukkan bahwa ketika seseorang menderita penyakit, harapan yang dia miliki akan berdampak pada sistem syaraf yang membantu proses penyembuhan. Hal ini menjelaskan "efek plasebo" yang dapat ditimbulkan dari harapan semata.
Harapan memberikan kita kekuatan dan semangat ekstra. Harapan membantu kita membuat rencana cadangan dan terus melangkah ke depan. Harapan membantu kita menjadi sensitif, tetap berdiri tegak saat kita jatuh, dan terus belajar dari kesalahan-kesalahan kita.
Berharap akan membantu kita mencapai tujuan, dan tetap tenang dalam segala kondisi, karena kita percaya keadaan akan segera berubah menjadi lebih baik.
“Let your hopes, not your hurts, shape your future.” – Robert H. Schuller
Enjoy your day… TGIF!
Penulis: Suhardiman Eko, Chief of Content Officer LENTERA MEDIA|Editor: Arifin BH