
BEIJING (Lenteratoday)-Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China mendadak mengumumkan angka kematian ini di tengah keraguan dunia atas transparansi data penanganan COVID-19. Diakuinya ada 13.000 pasien COVID-19 meninggal di rumah sakit hanya dalam rentang waktu sepekan yaitu 13 hingga 19 Januari .
Sebelumnya pada 14 Januari China melaporkan 60.000 pasien COVID-19 di rumah sakit meninggal rentang waktu 8 Desember hingga 12 Januari.
Rumah duka hingga tempat kremasi di berbagai provinsi kewalahan mengurus jenazah pasien COVID-19. Menjadi bukti dampak mematikan COVID di China.
Beberapa ahli kesehatan memperkirakan lebih dari satu juta orang di China akan meninggal akibat COVID-19 pada 2023.
Bahkan perusahaan data kesehatan yang berbasis di Inggris, Airfinity, memperkirakan kematian akibat COVID di China dapat mencapai 36.000 per hari minggu ini.
Pakar kesehatan sangat prihatin dengan orang-orang yang tinggal di pedesaan China karena jutaan pekerja migran mudik merayakan Tahun Baru Imlek 2023.
Sekitar 110 juta perjalanan penumpang kereta api diperkirakan telah dilakukan selama 7-21 Januari. Jumlah itu naik 28 persen dari tahun lalunya.
Sebanyak 26,23 juta perjalanan dilakukan pada malam Tahun Baru Imlek melalui kereta api, jalan raya, kapal laut dan pesawat terbang. Jumlah itu naik 50,8 persen dari tahun lalu.
Pergerakan massal selama periode Imlek dikhawatirkan dapat meningkatkan infeksi di beberapa daerah. Namun Kepala Ahli Epidemiologi di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, Wu Zunyou, mengatakan gelombang penularan COVID-19 tidak akan terjadi dalam waktu dekat.
"Kemungkinan rebound besar COVID di China selama dua atau tiga bulan ke depan sangat kecil karena 80% orang telah terinfeksi," kata Wu dikutip dari Reuters.
Jumlah kematian yang dilaporkan oleh otoritas China tidak termasuk mereka yang meninggal di rumah. Selain itu, beberapa dokter mengatakan mereka tidak disarankan untuk mencantumkan COVID-19 pada akta kematian.(*)
Sumber:Reuters/ Editor: widyawati