
MALANG (Lenteratoday) – Aksi demo Aremania di kantor Arema Jalan Mayjen Pandjaitan No 42 yang berakhir ricuh membuat Ketua DPRD Kota Malang, I Made Riandiana Kartika trenyuh. Dia menyayangkan kegaduhan tersebut, apalagi berbuntut pada rencana pembubaran klub tersebut.
“Kami menyayangkan. Memang di kita itu selama ini penyampaian pendapat bebas. Dan selama ini memang penyampaian pendapat oleh Aremania kan berjalan sering dan tidak ada kerusuhan-kerusuhan. Jangan sampai kita maunya ada penegakan hukum. Tapi justru dengan cara-cara melanggar hukum,” ujar Ketua DPRD Kota Malang, I Made Riandiana Kartika, saat dikonfrimasi oleh awak media, Senin (30/1/2023).
Made mengatakan, aksi ricuh tersebut seharusnya perlu diwaspadai. Sebab, dirinya menilai kemungkinan besar akan ada oknum-oknum yang justru memanfaatkan nama Aremania. Sehingga, hal tersebut akan mencoreng citra Kota Malang yang cinta damai.
“Jangan sampai ada penumpang-penumpang gelap disitu yang memanfaatkan situasi. Kita tidak mau Kota Malang yang selama ini ramah, kondusif, dirusak oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Saya yakin kalau itu dilakukan oleh Aremania, tidak akan mungkin lah terjadi seperti itu,” tambahnya.
Oleh karena itu, Made mengaku mendukung upaya yang telah dilakukan oleh Polresta Malang Kota, yang telah mengamankan sebanyak 107 oknum-oknum yang diduga terlibat dalam kericuhan tersebut. “Hukum tetap harus ditegakkan. Supaya wibawa kepolisian ada. Karena ini sudah arahnya pidana. Otomatis sudah ada laporan resmi dari pemilik Kantor Arema untuk melaporkan supaya diproses. Karena ini jelas pidana murni. Jangankan yang seperti kemarin. Merusak pintu saja sudah bisa diproses,” paparnya.
Lebih lanjut, Made optimis bahwa kepolisian akan berlaku profesional dalam memeriksa 107 orang yang diamankannya. Terlebih, kebanyakan demonstran diduga masih di bawah umur atau masih anak usia sekolah. Hal tersebut makin menambah keyakinannya, bahwa terdapat oknum yang menunggangi aksi kericuhan kemarin.
“Di kepolisian juga sudah ada lembaga perlindungan anak. Untuk hukum sudah jangan diintervensi. Kita serahkan pada ahlinya. Saya rasa Polresta Malang Kota sudah sangat paham. Ini juga menunjukkan bahwa walaupun kebanyakan yang diperiksa itu di bawah umur. Kan tidak mungkin kalau tidak ada yang menggerakkan. Yang dicari sebenarnya siapa sih yang menggerakkan,” tandasnya.
Terpisah, Komisaris PT. Arema Aremania Bersatu Berprestasi Indonesia ( PT. AABBI), Tatang Dwi Arfianto menyikapi kondisi kericuhan yang terjadi di Kandang Singa. Menurutnya, selama ini klub Singo Edan telah berupaya membantu penanganan korban Tragedi Kanjuruhan. Misalnya dengan mendirikan crisis center, hingga telah mengikuti jalannya proses peradilan yang dilayangkan oleh Aremania.
Namun, Tatang, melanjutkan, jika memang upaya dan itikat Arema FC ini dianggap belum memenuhi keinginan banyak pihak. Atau bahkan menimbulakn tidak kondusifnya suasana di Kota Malang. Maka, menurutnya manajemen akan mempertimbangkan pembubaran klub Arema FC.
“Tentu kami merespon atas insiden ini. Direksi dan manajemen berkumpul, membicarakan langkah berikutnya seperti apa. Jika dirasa Arema FC ini dianggap mengganggu kondusifitas, tentu ada pertimbangan tersendiri terkait eksistensinya atau seperti apa tapi kami tetap menyerahkan kepada banyak pihak,” jelasnya.
Sementara itu, mantan Presiden Arema FC, Gilang Widya Pramana, mengaku tidak ingin berkomentar lebih terkait dengan kericuhan yang terjadi di depan Kantor Klub Arema FC tersebut. Namun, pihaknya tetap menyampaikan rasa keprihatinan dan mengharap agar kedepannya Malang Raya dapat kembali kondusif dan cinta damai.(*)
Reporter: Santi Wahyu | Editor:Widyawati