
Gus Adhim
Pimpinan Ponpes SPMAA Sumatera Selatan
Tradisi santri terilhami strategi Nabi dalam mewariskan pengetahuan dan melestarikan kebenaran, diantaranya melalui pembelajaran berkelanjutan. Santri menapaktilasi ini dengan pendekatan kaidah tarbawiyah "tholabul ilmi minal mahdi ilal-lahdi"
Sebagaimana kita pirsa, wahyu pertama kepada Rasulullah adalah perintah Iqra' atau membaca. Maka sebagai umat beliau, seyogyanya saya dan kita semua mengikuti misi bernarasi ilahi ini; MEMBACA atau IQRA'
Saya memahami perintah Iqra' yang disampaikan Jibril tiga kali ucapan kepada Rasulullaah, bermakna:
IQRA' pertama membaca (to read/meet) aksara dan angka dalam mushafNYA; dalam tahap ini para santri belajar mengeja Al Quran dengan ilmu tajdwid, imla dan metode cara pembacaan turutan, iqra, tilawati, albarqi, dll. Termasuk di sini menghapal al Quran secara verbatim yang populer dikenal tahfidz.
IQRA kedua, membaca untuk mempelajari (to open/learn) isi syariat thariqat ayat semesta mikro-makro (open source) kosmosNYA; di sesi ini, para santri dituntut mampu menafsirkan al Quran dengan faktual dan universal melihat ayat-ayat yang dekat di habitat mereka bertempat. Terutama menelaah ayat kauniyah untuk kebutuhan taubat muhasabah, kurikulum giat tarbiyah, sekaligus penyemangat dakwah.
IQRA ketiga, membaca (to know/how) untuk memahami hakikat makrifat hidup dan kehidupan. Memasuki tahap proses ini, setiap santri wajib terkoneksi bimbingan ilahi terkondisi bermentor ditirakati, dan harus murojaah refleksi pribadi. Jika hasilnya benar, akan mengilhami para cendekia agama rukun santun dalam satu sanad ilmu, bermanfaat kendali mutu perilaku, berporos keilahian dan kesamaan merelevankan al Quran kekinian. Bukan hanya perdebatan adu hapalan buku dan kebanggan pseudo-ilmu.
Seterusnya IQRA akan berkelanjutan ditadaruskan untuk menghidupi peralaman iman yakin ( to live within) dari level ainul hingga haqqul. Bila kita sampai pada pemahaman ini, terutama santri dan cendekia agama akan kian tunduk khusyu’. Merasa tak punya apa-apa. Dampak positifinya, kita akan terus mau ngaji ngelmu. Tidak terburu berhenti hanya karena sudah pernah mondok nyantri atau menguasi teori cengkok kitab suci.
Maka teladankanlah budaya membaca kepada keluarga kita sekaligus menebus kesalahan darurat literasi yang menjadikan sesat generasi ini. Saya selalu menganjurkan kepada keluarga untuk mengajak anak-anak supaya senantiasa membuka mushafNYA, bacakan kejuangan sirah nabawiyah.
Sirami ruhani dan asupi energi anak-anak ini dengan inspirasi ulul azmi serta keluarga musthofainal-akhyaar; peradaban besar pembelajar insterstellar..
Sesekali ajari generasi ini dengan perjalanan berpengalaman long life learning dan living mentoring. Ajak keluarga, anak-anak, dan siswa kita pergi outing touring. Pola belajar IQRA ini berangkat dari peristiwa ISRA' Nabi yang dimadrasahkan perjalanan hingga bersua Sidratul Muntaha.
Bagi level santri atau generasi anak-anak kita ini, saya biasa mendampingi IQRA melalui ISRA' dengan cara sederhana; bawa buku lalu menyewa perahu. Saya bukakan surat al Kahfi yang memiliki banyak moral story. Diantaranya belajar ikhtiar sabar bersama Kalamullaah Musa lewat metode dzikir air dalam perjalanan kisah Nabi Khidlir. Anak-anak ini diberi sugesti mental-moral yang tahan tekanan keadaan dan tidak gampang tersihir orang pandir.
Untuk anak-anak PAUD/TK, kita bisa bercerita sekaligus memotivasi mereka tentang Ibrah kedahuluan, IQRA' kekinian dan ISRA' masa depan. ceritakan Nabi Yahya yang ketika masih belia sudah mendapat derajat diangkat menjadi Nabi. Kita juga bisa belajar studi praktik terbaik quranic parenting melalui pola pengasuhan kisah Luqman (QS. 31) dalam membina keluarganya.
Semua itu, pola belajar IQRA dan ikhtiar ISRA, dalam membaca al Quran, diniati sebagai upaya mendampingi generasi ini. Harapannya mereka senantiasa terjaga istimewa dalam proses tumbuh kembangnya. Terutama mengorbit mereka sebagai spirit bibit mujaddid melalui pemusatan tarbiyah di masjid
IQRA' dan ISRA' mengilhamkan keimanan bahwa masa depan dinubuat para pendahulu kita, diikhtiari saya dan para keluarga pelintas bumi sekarang ini, dibuktikan entah kapan oleh generasi pewaris jaman.
Drama ceritanya, mau pilih ketetapan baik atau terbalik, berpulang pada upaya pembelajaran kita dan juang keluarga.
Saya berusaha mengikuti baca IQRA' dan pola ISRA' Rasulullaah bersama-sama yang mau dibawa serta; khususnya di bulan Ramadhan ini. Saya berkeinginan pada momen bulan suci yang menjadi saksi turunnya Al Quran ini, saya sekeluarga dapat ilmu manfaat praktik menghakikati lirik "Labbaik Allaahumma Labbaiik, IQRA Bismi Rabbik.”
Sehingga meskipun saya sekeluarga beribadah di rumah, tetap bisa bersafari nyantri menjadi pejalan keilmuan ISRA, melalui bacaan tadarusan IQRA; ngunduh kaweruh ayat Al Quran yang takkan asat kekeringan.
IQRA WA RABBUKA AL AKRAM
ALLADZII ALLAMA BIL QALAM
ALLAMA AL INSAANA MAA LAM YA’LAM
~ tepi sahur malam, menggali sumur ilham ~ (*)