21 April 2025

Get In Touch

Ini Wasiat Terakhir Syekh Abdul Qodir Jailani Tentang Ilmu

 Syekh Muhammad Fadhil Al-Jailani, cucu ke-25 Syekh Abdul Qodir Al-Jailani, saat berkunjung ke Gedung Negara Grahadi, Rabu (8/2/2023) malam.
Syekh Muhammad Fadhil Al-Jailani, cucu ke-25 Syekh Abdul Qodir Al-Jailani, saat berkunjung ke Gedung Negara Grahadi, Rabu (8/2/2023) malam.

SURABAYA (Lenteratoday) - Syekh Abdul Qodir Jailani menekankan pentingnya ilmu diatas segalanya. Bahkan, tiga hal yang diwasiatkan adalah ilmu, ilmu dan ilmu. Dia juga menekankan supaya pemuda islam lebih maju lebih tinggi lagi dalam semua bidang ilmu.

Wasiat Syekh Abdul Qodir Jailani tersebut seperti disampaikan oleh cucu ke-25 Syekh Abdul Qodir Al-Jailani, Syekh Muhammad Fadhil Al-Jailani saat berkunjung ke di Gedung Negara Grahadi, Rabu (8/2/2023) malam.

"Wahai para pemuda-pemuda IsIam kamu harus maju dan lebih tinggi lagi dalam semua ilmu. Kalau ada orang menciptakan sesuatu kau harus ciptakan yang lebih baik lagi. Jangan kamu hanya tidur saja. Ini adalah wasiat Syekh Abdul Qodir Jaelani saat sakaratul maut kemudian mengucapkan Kalimat Syahadat lalu  meninggal dunia," tuturnya.

Selanjutnya, Syekh Fadhil Al-Jailani mengungkapkan tiga macam ilmu penting bagi umat muslim Pertama ilmu hakiki yang digunakan untuk menunjukkan kebenaran sesuatu yang haq dengan cara haq pula, yaitu ilmu aqidah.

Lalu, ilmu yang kedua, lanjutnya adalah ilmu maknawi yang digunakan untuk menjelaskan makna secara maknawi, seperti ilmu syariat, tafsir dan hadits. Dan itu adalah ilmu agama.

Yang ketiga adalah ilmu dhahir yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang tampak tentang keajaiban dan itu yang saat ini dengan ilmu-ilmu keahlian atau ilmu teknologi.

"Semua orang harus belajar ilmu teknologi bahwa seribu tahun yang lalu syeikh Abdul Qodir Jailani sudah mengatakan pentingnya 3 macam ilmu ini," kata Sayyid Fadhil dalam tausiyahnya.

Dia juga mengatakan bahwa Syekh Abdul Qodir Jailani menegaskan bahwa pentingnya ilmu diatas urusan apapun. “Hendaknya urusan ilmu harus diatas semua urusan lainnya, urusan ilmu di atas urusan pemerintahan, urusan ilmu di atas urusan kepemimpinan, urusan ilmu di atas urusan kementerian, urusan ilmu di atas semua urusan manusia,” katanya.

Wasiat  tentang ilmu tersebut terukir di Perpustakaan Roma Vatikan Italia. Hal itu terkuak saat melakukan penelusuran manuskrip kitab ke Roma, Syekh Fadhil Al-Jailani melihat tulisan tentang wasiat tersebut dalam  Bahasa Italia.

"Ia menerjemahkan dalam Bahasa Italia. Sekarang kalimat ini ditulis di semua sekolah-sekolah. Mungkin sebelum 500 tahun. Tapi tidak disebutkan nama Syekh Abdul Qodir Jailani. Tapi, di arsipnya di Italia ditulis. Hendaknya kalian sudah berusaha untuk naik ke atas. Yaitu dalam keilmuan hendaknya kalian selalu mencapai yang tertinggi," ungkap Syekh Fadhil Al-Jailani.

Dalam mengumpulkan manuskrip, dia sudah mendatangi  lebih 50 negara, 400 kota dalam 46 tahun. "Kemudian saya baru tahu bahwa Syekh Abdul Qodir Jaelani mempunyai karangan lebih dari 100 judul," kisahnya.

"Alhamdulillah saya sudah meneliti bahwa Syekh Abdul Qodir Jaelani punya lebih dari 100 judul kitab," sambungnya.

Syekh Fadhil Al-Jailani menerangkan, bahwa Syekh Abdul Qodir Jailani menguasai 13 macam ilmu. Dunia Islam mungkin tidak mengenal beliau kecuali seorang ahli tasawuf. Syekh Abdul Qodir Al-Jailani adalah Sulthanul Auliya', pemimpin Islam dan muslimin, guru dari orang yang bertakwa.

"Sekarang ini saya sudah mencetak tafsir Al Jailani 6 jilid. Dan Syekh Abdul Qodir Jailani juga punya kitab astronomi. Kitab itu ada di Rusia.  Ada seorang peneliti mengatakan saya tidak melihat kitab yang lebih baik dari kitab Syekh Abdul Qodir Jailani dalam bidang astronomi. Saya pergi ke Moskow dan saya tinggal di sana selama seminggu di Moskow. Tapi saya tidak menemukan kitab itu. Orang mengatakan kitab itu ada di St Petersburg.

Saya diminta menemui salah seorang pimpinan universitas yang muslim. Waktu itu saya tidak bisa datang karena saya ada jadwal di negara yang lain," kisah Syekh Fadhil Al-Jailani tentang kemasyhuran kakeknya.

Dengan demikian, Syekh Abdul Qodir Jailani mempunyai banyak karya tulisan tentang astronomi, bahkan tentang ilmu teknik juga ilmu geologi.

Beliau bercerita, ada satu kisah menarik pada masa Syekh Abdul Qodir Jailani. Ada seorang Wali Kota Bagdad ketika dia menjadi hakim terkenal sebagai hakim yang dzalim. Wali kota itu berbuat zalim dan tidak jujur pada rakyatnya. Dia diangkat sebagai wali kota oleh seorang khalifah. 

Waktu itu Bagdad adalah pusat peradaban di dunia. Semua orang mencari ilmu pergi ke Bagdad. Orang-orang kemudian melaporkan itu kepada Syekh Abdul Qodir Jailani.

Syekh Abdul Qodir Jailani lantas datang pada wali kota dan kepada khalifah yang juga turut hadir ia mengatakan agar jangan berbuat dzalim pada orang lain.

"Dan khalifah ini yang memuliakan kamu akan menjadi teman kamu dalam kezaliman. Kata Syekh Abdul Qodir Jaelani kepada khalifah : Bagaimana jawaban kamu kalau ditanya oleh Allah telah memilih pemimpin yang dzalim. Khalifah kemudian berdiri dan berkata kepada wali kota kamu saya pecat sekarang. Ini membuktikan bahwa ilmu berdiri di atas semua hal. Atas perintah Syekh Abdul Qodir Jailani, khalifah langsung mencopot wali kota tanpa melalui banyak cara," tutur Syekh Fadhil Al-Jailani.

Oleh sebab itu, lanjut Syekh Fadhil, Syekh Abdul Qodir Jailani mengatakan, urusan ilmu harus didahulukan atas semua perkara. "Ini harus dipraktekkan oleh kalian semua. Umat dari kakekku Nabi Muhammad SAW.

Dari semua pemimpin, dari semua kementerian, dari para ahli hikmah, para orang kaya semua. Ini akan jadi kunci kebahagiaan. Semuanya akan hidup berbahagia kalau semuanya berbuat adil," demikian pesan Syekh Fadhil Al-Jailani.

Semua orang harus hidup dalam keadilan. Pemimpin harus menjaga dan merawat anak-anak yatim serta fakir miskin sebaik mungkin.

"Kalau kamu tidak melakukan hal ini sesuai dengan perintah ilmu, maka akan terjadi kehinaan, perselisihan dan perselisihan itu menyebabkan kekalahan, turunnya derajat, membuat kalian saling bermusuhan dan membuat kalian bisa saling membunuh, semua saling berbuat dzalim. Ilmu harus didahulukan untuk kebahagiaan dunia dan akhirat," pesannya.

Sebagaimana dawuh Syekh Abdul Qodir Jaelani tentang semua ulama: hendaknya kalian menjaga para kelompok kalian. Hendaknya ulama itu merawat kaumnya seperti merawat saudaranya.

Janganlah seorang ulama bersikap seperti raja atau Sultan kepada santrinya. Karena ulama bukan raja, bukan sultan. Raja diraja adalah Allah SWT. Para ulama adalah penghamba dari ilmu. Pelayan ilmu adalah pelayan bagi semuanya.

"Sehingga ayah saya Muhammad Fadil Al Jailani yang sangat alim pada zamannya dia menasehati saya pada waktu saya masih kecil, Hai wahai anakku kita ini adalah kelompok dari keluarga keturunan ahlul bait. Kita adalah para cucu dari Syekh Abdul Qodir Jailani. Kamu jangan tertipu, jangan sombong, kamu merasa cucu Syekh Abdul Qodir Jailani. Kamu harus jadi pelayanan ilmu. Pelayanan ilmu adalah pelayanan manusia, semuanya," tutur Syekh Fadhil.

Syekh Abdul Qodir Al-Jailani juga berwasiat para raja, para ratu, para pemimpin dan para gubernur. Mereka semua berjalan di belakang rezekinya. Tetapi orang alim, ia duduk sibuk dengan ilmunya, rezekinya akan datang di depannya. Rezekinya akan datang di belakangnya.

"Akhir dari ucapannya ketika beliau mau meninggal di usia 90 tahun. Saya sudah menerbitkan lebih dari 30 kitabnya. Saya berusaha untuk mencetak kitab-kitab beliau. Dan sudah ada tafsir Jailani dalam Bahasa Indonesia dan juga Bahasa Turki, India Pakistan Insya Allah akan diterjemahkan dalam Bahasa Inggris supaya orang bisa belajar dari ilmu Syekh Abdul Qodir Jailani," jelasnya.

Selain itu, Syekh Abdul Qodir Jailani ketika beliau akan meninggal memanggil anak-anaknya. "Semuanya anak-anaknya itu sangat menghormati kepada orang tuanya. Ini adalah adab. Apa yang diperintahkan oleh guru kita setelah wafatnya. Dia tidak mengatakan bapak saya, tetapi guru saya sebagai adab kepada ayahnya. Beliau menjawab hendaknya kamu memperhatikan ilmu, kemudian ilmu, kemudian ilmu. Tiga kali. Ilmu, ilmu, ilmu," terang Syekh Fadhil Al-Jailani.

Di sisi lain, Gubernur Khofifah menyampaikan terima kasih karena ulama besar Maulana Assayyid Assyarif Syeikh Prof Dr Muhammad Fadhil Al-Jilani Al-Hasani berkenan berbagi ilmu,  menyempatkan waktunya untuk menyapa warga masyarakat Jawa Timur.

Termasuk hadiah istimewa berupa enam jilid kitab tafsir Al-Jailani yang diberikan kepadanya. Menurut Gubernur Khofifah hadiah tersebut sangat berarti dan sebuah kehormatan karena menerima langsung karya tersohor dari ulama sekelas beliau.

Tidak hanya itu, Gubernur Khofifah juga menyampaikan bahwa pesan-pesan yang disampaikan Syeikh Fadhil sangat penting dan relevan dengan kondisi umat manusia saat ini. Khususnya tentang bagaimana menjaga toleransi dan moderasi.

"Saya rasa apa yang disampaikan beliau semua menjadi bagian yang sangat penting bagi kehidupan kita semua. Bagaiamana beliau berpesan tentang moderasi dan toleransi itu tidak hanya narasi tapi juga menjadi bagian dari bukti bahwa ada bangunan persaudaraan yang luar biasa yang dilakukan oleh Sayyid Fadil," ungkapnya.

“Termasuk juga pesan beliau bahwa pemimpin harus berlaku adil, memperhatikan fakir miskin dan juga anak yatim. Yang artinya tidak cukup kita hanya fokus hablum minallah tapi juga bagaimana kita hablum minnas,” imbuhnya.

Khofifah juga menggarisbahawi pesan Syeikh Fadhil yang mengajarkan manusia agar selalu menempatkan ilmu di atas segala hal serta menjadikan ilmu untuk menyelesaikan berbagai macam persoalan.

"Tetaplah semangat untuk meningkatkan derajat kita semua dan pembangunan kita semua dengan ilmu dengan ilmu dengan ilmu," imbuhnya.

Di saat yang sama Gubernur Khofifah juga meminta Sayyid Fadhil memimpin shalat ghaib usai shalat Maghrib berjamaah yang diperuntukkan bagi seluruh korban meninggal dunia akibat Gempa di Turki dan sebagian Suriah. Ia juga menginstruksikan hal yang sama agar dilakukan di Masjid Al Akbar Surabaya.

"Doa kita mudah-mudahan mereka diberikan kebaikan oleh Allah subhanahu wa ta'ala dan tentu kita berharap segala amal baiknya diterima oleh Allah dan khilafnya diampuni Allah," ucapnya. (*)

Reporter : Lutfi | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.