19 April 2025

Get In Touch

Google Buka Akses ke Bard untuk Saingi ChatGPT

Tangkapan layar halaman Bard di situs Google (Ant)
Tangkapan layar halaman Bard di situs Google (Ant)

SURABAYA (Lenteratoday) -Google pada Selasa mulai merilis Bard, chatbot yang dikembangkannya untuk menyaingi ChatGPT dari OpenAI.

Pada tahap awal, akses ke ruang percakapan dengan kecerdasan buatan (AI) itu hanya dibuka bagi pengguna terbatas di Amerika Serikat dan Inggris untuk mendapatkan masukan.

Google menyebut Bard sebagai eksperimen yang memungkinkan kolaborasi dengan AI generatif, teknologi yang mengandalkan data masa lalu untuk membuat konten, bukan mengidentifikasinya.

Peluncuran ChatGPT tahun lalu telah mendorong adu cepat di bidang teknologi untuk memberikan layanan AI ke lebih banyak pengguna. Harapannya, mengubah cara manusia bekerja dan memenangi persaingan bisnis.

Pekan lalu hanya berselang dua hari, Google dan Microsoft sama-sama mengumumkan teknologi AI mereka.

Kedua perusahaan itu memasukkan teknologi penulisan konsep (draft-writing) ke dalam pengolah kata dan perangkat lunak kolaboratif lainnya, serta alat bantu bagi para pengembang web untuk membangun aplikasi berbasis AI mereka sendiri.

Saat ditanya apakah persaingan berada di balik peluncuran Bard, direktur senior produk Google Jack Krawczyk mengatakan pihaknya berfokus pada pengguna.

Penguji internal dan eksternal telah beralih ke Bard untuk "meningkatkan produktivitas mereka, mempercepat ide-ide mereka, benar-benar memicu rasa ingin tahu mereka", kata dia.

Dalam sebuah demo di situs bard.google.com, Krawczyk memperlihatkan bagaimana program itu menghasilkan blok-blok teks dalam sekejap, berbeda dari ChatGPT yang mengetikkan jawaban kata per kata.

Bard juga menyertakan fitur yang menunjukkan tiga versi berbeda atau "draf" jawaban yang diberikan, yang dapat dipilih oleh pengguna.

Chatbot itu juga menyediakan tombol bertuliskan "Google It", jika pengguna menginginkan hasil pencarian untuk sebuah pertanyaan.

Namun, akurasinya masih menjadi sorotan. Peringatan "Bard tidak akan selalu benar" muncul selama demo.

Bulan lalu, video promosi Bard memperlihatkan program tersebut keliru menjawab. Akibatnya, nilai pasar Alphabet, pemilik Google, terpangkas sebesar 100 miliar dolar AS (sekitar Rp1.530 triliun). Google menyoroti beberapa kesalahan pada demo pekan ini.

Mereka mengatakan bahwa Bard keliru mengatakan bahwa pakis membutuhkan cahaya tak langsung yang terang ketika menjawab sebuah pertanyaan.

Bard juga membuat sembilan paragraf teks ketika diminta empat paragraf pada pertanyaan lain. Merespons jawaban itu, Krawczyk menekan tombol umpan balik bertanda jempol ke bawah.

"Kami tahu keterbatasan teknologi ini, jadi kami ingin berhati-hati sekali dalam mempercepat peluncurannya," katanya.

Mengenal ChatGPT

Ketika diperkenalkan pada acara World Economic Forum di Davos, Swiss, beberapa waktu lalu, ChatGPT yang dikembangkan dari teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) mendadak menjadi buah bibir.

ChatGPT adalah kecerdasan buatan generatif yang dikembangkan oleh OpenAI, startup yang fokus pada riset kecerdasan buatan. OpenAI didirikan oleh ilmuwan dan tokoh besar teknologi, salah satunya Elon Musk.

Melansir Reuters, ChatGPT berupa chatbot canggih yang bisa mempelajari data dalam jumlah yang sangat banyak supaya bisa menjawab berbagai pertanyaan. ChatGPT dilatih supaya bisa menjawab semirip mungkin dengan manusia, bahkan disebut bisa memberikan jawaban yang panjang.

Berkat kemampuan itu, ChatGPT mendapat sambutan hangat dari industri teknologi di Silicon Valley, baik dari segi investasi maupun minat menggunakan chatbot tersebut. Microsoft, salah satu investor OpenAI, akan menggelontorkan lebih banyak dolar untuk pengembangan kecerdasan buatan oleh OpenAI.

CEO Cloudfare Inc Matthew Prince menilai AI generatif seperti ChatGPT bisa memiliki kemampuan sebaik programmer junior. Cloudfare menggunakan teknologi semacam itu untuk menulis kode pada platform Workers.

Mereka berminat menggunakan teknologi serupa untuk menjawab pertanyaan konsumen dengan cepat, terutama untuk layanan yang gratis.

AI generatif tidak hanya berfungsi untuk data teks, ia juga bisa dilatih untuk mempelajari gambar. Melihat potensi itu, pimpinan produk di Meta Platforms Chris Cox melihat teknologi AI generatif bisa dikembangkan untuk membuat filter gambar, apalagi mereka memiliki aplikasi yang fokus pada konten visual, yaitu Instagram.

Penggunaan AI generatif ChatGPT tidak saja menjanjikan bagi pelaku teknologi, namun juga mahasiswa penyandang disabilitas untuk membantu mereka memahami perkuliahan.

ChatGPT dirancang untuk merespons perintah sederhana. Dengan kemampuan menjawab mendekati manusia, pendidik khawatir mahasiswa menggunakan AI generatif itu untuk menulis esai atau bahkan menjawab ujian.

Ketika pandemi, banyak perkuliahan yang dilakukan dari jarak jauh, mengandalkan komputer dan internet. Go8 bahkan menyarankan untuk memperbanyak ujian berbasis kertas untuk mengantisipasi penyalahgunaan AI generatif seperti ChatGPT.

Wakil Direktur Go8 Matthew Brown mengatakan anggota mereka juga akan mengadakan pengawasan langsung selama penilaian dan menggunakan teknologi pengawasan untuk mahasiswa yang ujian menggunakan komputer.

Di AS, lebih dari 6.000 guru dan dosen menggunakan GPTzero, program yang bisa mendeteksi teks yang dibuat oleh AI.

Sementara Sam Illingworth, pengajar di Edinburgh Napier University, dalam artikel yang dimuat di The Conversation, menyarankan sekolah memberikan tugas yang bersifat praktis, misalnya menulis tentang pameran yang ada di sekitar tempat tinggal (*)

Sumber: Antara|Editor: Arifin BH

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.