
BATU (Lenteratoday) – Pemerintah Kota (Pemkot) Batu melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) siap melakukan berbagai upaya nyata dalam mengejar target penurunan angka stunting di tahun 2023 ini, yakni sebesar 8,5 persen.
Kepala Dinkes Kota Batu, Kartika Trisulandari, mengatakan berdasarkan bulan timbang Februari 2023 lalu, masih terdapat 1.545 balita yang masuk dalam kategori stunting di Kota Batu.
“Jumlah anak stunting di Kota Batu kalau terakhir update dari bulan timbang di Februari kemarin ada 1.545 dari sekitar 13 ribuan. Mudah-mudahan di akhir tahun 2023 ini paling tidak turun 2 persen karena kita inginnya (akhir) 2023 kita ada di angka 8,5 persen. Sekarang ini sekitar 13 persen, dan baru bulan Maret ini turun 1 koma sekian persen,” ujar Kartika, saat dikonfirmasi oleh awak media, Kamis (30/3/2023).
Maka dari itu, Kartika menambahkan, beberapa langkah akan dan terus dilakukan oleh Pemkot Batu, dalam mencapai target keberhasilan penurunan angka stunting di wilayahnya. Pertama, intervensi pemberian tablet tambah darah (Fe) bagi para remaja putri di Kota Batu, kemudian pembekalan pada calon pengantin (catin) dengan diberikannya edukasi seputar proses reproduksi, hingga adanya kelas khusus untuk ibu hamil.
“Untuk ibu juga ada pemeriksaan USG di puskesmas masing-masing wilayah. Sekarang ini kita masih pelatihan tenaga untuk itu, semoga dapat terlaksana secepat mungkin. Terus untuk Ibu bersalin, kita ada kunjungan rumah. Bayi baru lahir juga kita kunjungan ke rumah. Ada yang namanya screening kongenital untuk bayi baru lahir, apakah nanti ada gangguan terkait kesehatan yang lain atau tidak,” ungkap Kartika.
Tidak berhenti di situ, Kartika juga menyebutkan pentingnya intervensi balita dan baduta yang dilakukan di posyandu masing-masing kelurahan. Hal tersebut dilakukan untuk memantau apakah berat dan tinggi badan si anak termasuk dalam kategori pendek, sangat pendek, atau normal.
“Termasuk untuk anak-anak yang belum jatuh stunting. Jadi mereka yang kondisi beratbadannya di bawah atau tidak naik beratbadannya sesuai umur atau bulan, ini sudah harus dilakukan intervensi. Baik pendampingan maupun pemberian makanan tambahan. Selain pengukuran, penimbangan, vaksinasi juga pastinya,” urainya.

Sementara, terkait anak yang telah masuk dalam kategori stunting, Kartika mengaku bahwa pemantauan akan tetap dilakukan melalui program posyandu tematik stunting (posting). Yakni dengan pemberian gizi secara teratur dalam waktu 3 bulan berturut-turut dalam satusiklus.
Masih menurut Kartika, dengan telah dilakukannya berbagai macam upaya tersebut, harus dibarengi dengan adanya program Bapak/Bunda Asuh Anak Stunting (BAAS) agar penurunan angka stunting di Kota Batu dapat lebih signifikan di tahun ini. Dalam hal ini, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Batu akan menjadi orang tua asuh bagi anak stunting.
“Nah mudah-mudahan dalam 3 bulan, karena siklusnya itu 3 bulan untuk melihat perkembangan anak, ini nanti bisa ada perkembangan yang cukup signifikan. Kalau nanti itu memang sangat mendongkrak, maka kita akan teruskan lagi, ini masih trial program baru jadi masih SKPD. Perlakuannya nanti pendampingan pada anak dan keluarga,” paparnya.
Diakhir, Kartika menyampaikan bahwa para SKPD Kota Batu nantinya akan memberikan pembekalan terkait pemberian makanan tambahan, pemantauan tumbuh kembang anak, perilaku hidup bersih di lingkungan keluarga, dan pemantauan kegiatan di posyandu.
“Yang kita inginkan adalah semua balita yang ada di Batu ini bisa hadir di posyandu karena kehadirannya belum 100 persen. Tapitetap, BAAS nanti pendekatan intens, karena kalau dengan penyuluhan di posyandu yang seminggu atau sebulan sekali, mungkin belum bisa merubah persentase maksimal,” pungkas Kartika. (*)
Reporter: Santi Wahyu | Editor : Lutfiyu Handi