20 April 2025

Get In Touch

Tradisi Nyekar Jelang Idul Fitri: Intropeksi Diri dan Mendoakan Ahli Kubur

ilustrasi tradisi ziarah kubur jelang Idul Fitri.
ilustrasi tradisi ziarah kubur jelang Idul Fitri.

BATU (Lenteratoday) – Menjelang hari raya Idul Fitri 1444 Hijriah, sebagian umat muslim di Indonesia memiliki tradisi yang kental dengan nuansa religi, yakni ziarah kubur atau yang lebih sering disebut dengan nyekar.

Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Batu, Takim, menjelaskan, tradisi nyekar dianggap sebagai momen intropeksi diri serta sebagai sarana untuk memohonkan ampunang dari Allah SWT kepada para ahli kubur.

“Ziarah kubur itu adalah untuk mengingatkan kepada kita sendiri sebenarnya, bahwa suatu saat kita nanti pasti akan seperti itu. Nah warga NU, umumnya mempercayai bahwa ketika orang meninggal, yang tidak ada itu cuma jasadnya, sehingga perlu didoakan untuk itu,” ujar Takim, saat dikonfirmasi oleh awak media, Kamis (20/4/2023).

Takim menambahkan, sebelum kembali merekatkan tali silaturahmi dengan keluarga dan tetangga sekitar. Para umat muslim disunnahkan untuk berziarah kubur sebelum hari Idulfitri tiba, dengan membersihkan dan mendoakan makam-makam para ahli kubur.

“Jadi ini menjelang Idulfitri dan menjelang Ramadan juga, ada tradisi untuk berziarah, membersihkan dan silaturahmi ke kubur baru ke keluarga dan tetangga. Karena Nabi Muhammad kan mencontohkan seperti itu (ziarah kubur),” ungkapnya.

Lebih lanjut, Takim juga mengutip adanya kisah dari Nabi Muhammad SAW. Dikatakan oleh Takim, Nabi memerintahkan agar daun kurma diletakkan di atas makam salah satu ahli kubur yang sedang disiksa.

Kemudian, sambung Takim, Nabi bersabda bahwa siksaan tersebut akan diringankan sebelum daun kurma itu mengering.

“Kisah ini menunjukkan pentingnya ziarah kubur dalam Islam. Kalau sekarang, masyarakat kita mengenal dengan menaburkan bunga-bunga segar, macam-macam jenisnya. Tapi pada intinya adalah doanya itu. Kita tidak meminta kepada kubur, tapi kita meminta Allah untuk mengampuni dosa-dosa para ahli kubur,” jelasnya.

Terpisah, Reva Ayu (20) salah satu umat muslim yang rutin melakukan ziarah kubur jelang Idulfitri mengatakan, tradisi tersebut telah diajarkan oleh orang tuanya sejak ia duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Menurut Reva, dengan berziarah di makam ahli kuburnya, menjadi pengingat bahwa setiap manusia akan menemui ajalnya masing-masing.

“Ya, ini tradisi sudah dari dulu. Biasanya mesti rombongan sama keluarga. Kalau saya pribadi, ini jadi pengingat diri bahwa kita pasti akan meninggal. Jadi ya, bisa intropeksi terhadap amalan-amalan apa yang sudah dilakukan,” tuturnya.

Dalam pantauan di salah satu pemakaman islam, di wilayah Karangploso, nampak para peziarah yang berbondong-bondong megunjungi dan membersihkan makam ahli kuburnya masing-masing, seraya mengiringkan doa dan dzikir yang dilantunkan di sisi-sisi makam. (*)

Reporter: Santi Wahyu | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.