20 April 2025

Get In Touch

Peneliti AS Kembangkan Sensor Covid-19 Lewat Ponsel

Ilustrasi
Ilustrasi

Satu tim penelitiberbasis di Amerika Serikat sedang mengembangkan sensor yang melekat padaponsel. Sensor akan memberi tahu dalam waktu 60 detik jika pengguna terinfeksivirus.

Diharapkan sensor yang relatifmurah, seharga sekitar Rp 810.000-an tersedia dalam waktu tiga bulan.

Kabar gembira bagi Andayang enggan merogoh kocek terlalu dalam untuk melakukan swab test PCRatau rapidtest. Covid-19 dapat segera dideteksi dengan pemeriksaanbersin atau batuk menggunakan ponsel pintar.

Dikutip dari Metro, Selasa (19/5/2020) pimpinan pengembangansensor tersebut, yaitu Profesor Massood Tabib-Azar mengatakan sensor tersebutawalnya dikembangkan untuk memerangi virus Zika yang ditularkan nyamuk setahunlalu.

“Tujuan utamanya adalah memungkinkan orang untuk memiliki sensorpribadi untuk mendeteksi Zika di tempat-tempat yang mereka kunjungi. Rencananya

[sensor]

akan diprogram untuk mengidentifikasi Covid-19 dengan purwarupaselebar satu inci atau seukuran sepotong sepuluh pence yang akanberkomunikasi dengan telepon pintar melalui teknologi nirkabel Bluetooth,” katainsinyur dari Universitas Utah, AS, ini.

Tabib-Azar menjelaskan seseorang yang bernapas, batuk, bersinatau berembus pada sensor akan dapat mengetahui apakah mereka terjangkitCovid-19.

Pengguna hanya perlu mencolokkan sensor ke port pengisian dayaponsel mereka dan meluncurkan aplikasi pendamping sebelum menempatkan partikelair liur mikroskopis ke atasnya.

Pada menit berikutnya, hasilnya akan ditampilkan pada ponsel.Jika virus ada, untaian DNA pada sensor akan mengikat proteinnya.

”Ini memicu hambatan listrik menandakan hasil positif. Ini jugaberfungsi pada permukaan dengan menggunakan swab dan menempatkannya di sensor.Sensor akan berubah warna atau secara visual menunjukkan keberadaan Covid-19sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang,” tuturTabib-Azar.

Tabib-Azar mengungkapkan pada prinsipnya dia ingin agar sensortersebut bisa dimiliki semua orang setelah diproduksi dalam skala besar denganbiaya yang lebih murah.

Dia juga ingin sensor tersebut bisa terhubung dengan lembagakesehatan yang akan memberikan penjelasan lebih akurat tentang hasil pembacaan.

Sensor beserta aplikasi yang dikembangkan Tabib-Azar diharapkansiap untuk uji klinis empat minggu pada Juli dan dapat gunakan pada Agustus.Dia menyebut sensor tersebut juga akan disiapkan sebagai perangkat khusus yangterpisah dengan ponsel pintar untuk keperluan pemeriksaan oleh otortitasterkait.

“Dengan cara ini Anda dapat menguji diri sendiri setiap setengahhari, atau kapan pun Anda inginkan, dan memiliki ketenangan pikiran bahwa Andadan lingkungan Anda sehat,” ujarnya (Ist).

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.