
SURABAYA (Lenteratoday) – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, mengajak Muhammadiyah untuk mengejar ketertinggalan Indonesia dari negara lain di dunia. Dia juga mengapresiasi kiprah Muhammadiyah maupun para tokohnya dalam mengembangkan pendidikan khususnya di Jawa Timur.
“Semoga ini menjadi ikhtiar bersama, di mana 171 perguruan tinggi di bawah payung Muhammadiyah bisa bersama-sama mengejar berbagai ketertinggalan,” kata Khofifah saat menghadiri pembukaan Rapat Kerja Nasional Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah di JW Marriott Hotel, Surabaya, Selasa (2/5/2023).
Lebih lanjut, Khofifah yakin dengan jaringan Muhammadiyah yang bukan hanya di level nasional tapi juga internasional, merupakan potensi untuk mendorong pembangunan. Lebih-lebih Muhammadiyah telah memiliki bekal dengan pendirian universitas di Malaysia, dan masih berencana mendirikan di negara lain.
Dalam kesempatan itu, Khofifah memaparkan bahwa Global Innovation Index, human development index dan global talent competitiveness Indonesia sangat tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain. Dia menandaskan, tiga hal ini menjadi PR bersama untuk terus ditingkatkan sehingga Indonesia mampu mengejar ketertinggalan tersebut.
“Mudah-murahan ini bisa diinsert pada pembahasan-pembahasan selanjutnya, sehingga menjadi insight untuk mengembangkan global innovation index dan global talent competitiveness,” harapnya.
Sementara itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengajak untuk bermuhasabah baik ke dalam dan keluar. Bangsa Indonesia yang memiliki kekayaan dan sejarah heroik, tetapi indeks-indeks pembangunan masih tertinggal atau sama tingkatnya dengan negara-negara kecil lain.
“Karena itu, Bu Khofifah juga sama dengan pandangan kami, human development index kita masih di bawah, kemudian tingkat kompetisi kita dibanding bangsa lain juga di bawah dan temuan terakhir kita soal IQ. Padahal kita punya potensi besar dan dari sumber daya insani, yang hijrah ke malaysia juga menjadi guru besar di sana,” tandasnya.
Untuk itu, dia mengajak pada semua untuk membangun masa depan. Diantaranya adalah dengan berbasis pada nilai-nilai agama, Pancasila dan kebudayaan bangsa. Nilai tersebut membentuk karakter tersendiri.
“Kedua, kita harus merebut ilmu pengetahuan dan teknologi dengan kekuatan baru. Politik mestinya juga punya konsen pada upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi Indonesia ke depan. Kalau tidak kita akan ketinggalan terus. Maka PP Muhammadiyah dan 171 perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah melakukan Rakernas,” tandasnya.
Kemudian, lanjutnya, yang ketiga adalah dengan modal sejarah, nilai sumber daya alam dan sumbe daya manusia. “Tapi memang kedepan kita memerlukan kepemimpinan kolektif dari pusat ke bawah yang punya visi besar. Ke depan, presiden, guebrnur, bupati, kepala daeah itu harus punya visi pengembangan SDM yang progresif. Dan kedua punya visi mengelola tanah air kita yang jaya ini agar tidak dikuasai oleh segelintir pihak tapi untuk hajat hidup orang banyak,” tegasnya. (*)
Reporter : Lutfi |Editor : Lutfiyu Handi