
JAKARTA (Lenteratoday) - Kasus narkoba di Amerika Serikat menjadi perbincangan hangat belakangan ini. Sebab, muncul kabar adanya narkoba "zombie" khususnya di kawasan kota Los Angeles dan New York.
Narkoba "zombie" ini mucul dari jenis narkoba yang merupakan campuran antara bahan fentanyl dan xylanzine. Bahan tersebut sebenarnya adalah obat penenang untuk hewa yang dikenal sebagai "tranq" atau "tranq dope".
Atas penggunaan ini US Drug Enforcement Administration (DEA) telah mengeluarkan peringatan keras. Sebab penggunaan bahan tersebut pada manusia bisa berakibat fatal.
Berdasarkan data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS melaporkan bahwa pada Agustus 2021 hingga Agustus 2022, lebih dari 100.000 orang AS meninggal akibat keracunan obat dan 66 persen diantaranya disebabkan oleh opioid sintesis seperti fentanyl. Hal ini tentu saja sangat memprihatinkan.
Xylazine sendiri awalnya bukanlah obat terlarang karena merupakan obat non-opioid yang digunakan sebagai penenang dan pelemas otot, obat ini biasa digunakan untuk membius sapi, kuda atau hewan ternak lainnya.
Namun belakangan ini xylazine justru dikonsumsi oleh manusia sebagai campuran dalam penggunaan narkoba. Terlebih dengan tersebarnya obat ini di pasar-pasar obat terlarang di AS, membuat masyarakat semakin mudah untuk mendapatkannya.
Dilaporkan penggunaan obat yang mengandung xylazine ini dengan cara disuntikkan, ditelan, disedot melalui hidung, atau dihirup. Banyak orang telah kecanduan untuk mengkonsumsi obat ini.
Padahal, efek samping dari penggunaan xylazine pada manusia sangatlah mengerikan dan berbahaya, seperti mengakibatkan luka dan jaringan mati yang bersisik atau eschar. Apabila tidak ditangani luka ini akan membusuk dan berakibat diamputasi. Luka tersebut terjadi karena penyempitan pembuluh darah dan berdampak pada perfusi pada kulit atau dikenal dengan efek vasokonstriksi.
Lebih parahnya lagi, mereka yang kecanduan juga bisa menggerogoti daging mereka sendiri, persis seperti zombie. Jika sudah pada tahap yang parah, maka obat ini akan menyebabkan kematian.
Pada 28 Februari 2023 Food and Drug Administration (FDA) memberlakukan pembatasan impor zat xylazine, lalu disusul dengan pernyataan Presiden AS, Joe Biden pada 12 April 2023 yang mengumumkan bahwa kasus xylazine sebagai ancaman negara.
Beberapa tindakan ketat diambil untuk mengurangi pasokan fentanyl serta zat ilegal lain. Para pejabat di Los Angeles pun saat ini sedang berlomba untuk melacak keberadaan obat tersebut sebali jumlah penggunanya semakin meledak. (*)
Sumber : Beritajatim.com | Editor : Lutfiyu Handi