21 April 2025

Get In Touch

Hari Lingkungan Hidup Sedunia 5 Juni Di Tengah Pandemi Covid-19

Agendan Hari Lingkungan Hidup 2020 (Istimewa)
Agendan Hari Lingkungan Hidup 2020 (Istimewa)

Hari LingkunganHidup Sedunia diperingati setiap tanggal 5 Juni. Peringatan ini dicetuskan olehPerserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai upaya meningkatkan kesadaran dan aksiuntuk melindungi lingkungan kita.

Saat ini duniasedang menghadapi situasi pandemi Covid-19. Kondisi ini sebagai pengingat bahwakesehatan manusia berhubungan dengan kondisi alam.

Hari LingkunganHidup Sedunia mengajak kita untuk berpikir kembali bagaimana kegiatan manusiatelah berevolusi dan berdampak terhadap lingkungan.

Terdapat dua halmonumental dalam pertemuan dan tetap menjadi legacy sampaisaat ini yaitu dibentuknya United Nations Environment Programme (UNEP) danpenetapan tanggal 5 Juni sebagai peringatan World Environment Day yangdirayakan setiap tahunnya.

“Peringatan inimerupakan kesempatan bagi semua orang untuk menjadi bagian aksi global dalammenyuarakan proteksi terhadap planet bumi, pemanfaatan sumber daya alam yangberkelanjutan, dan gaya hidup yang ramah lingkungan,” ujar Dirjen PengendalianPencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL), RM Karliansyah, dalam keterangantertulis, Jumat (5/6/2020).

Menurut Karliansyah,Virus Corona adalah zoonosis yaitu berasal virus yang ditularkan dari hewan,sebanyak 60 persen kasus penyakit infeksi ke manusia berasal dari hewan.

“Saat ini lebih dari5 juta kasus di dunia positif Covid-19. Para ilmuan menyatakan bahwa jika kitatidak mengubah perilaku kita terhadap alam, maka kita akan menghadapi pandemiini semakin lama,” katanya.

Karliansyahmengatakan, tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun ini adalah “Biodiversity”atau Keanekaragaman Hayati, dengan slogan “Time for Nature”.

Tema ini dipilihsebagai bentuk pengingat kepada seluruh umat manusia untuk selalu bersyukurbahwa sampai saat ini alam telah memberikan kekayaan dan keanekaragamannyauntuk menunjang keberlangsungan hidup umat manusia.

“Indonesia adalahnegara megabiodiversitas. Indonesia menempati urutan kedua setelah Brazilsebagai negara teratas dari 10 negara dengan keanekaragaman hayati palingtinggi di dunia. Dengan luas wilayah 1,3 persen dari luas muka bumi daratan danlautan, Indonesia menempati posisi teratas keanekaragaman hayati di dunia.Namun, tingkat kepunahan keanekaragaman hayati Indonesia menempati posisi ke-6di dunia,” papar Karliansyah.

Hal ini diakibatkankarena banyaknya eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya flora dan faunadengan tidak memperhatikan aspek keberlanjutan. Selain itu, adanya faktorpencemaran dan kerusakan lingkungan, perubahan iklim, deforestasi, konversilahan, dan aktivitas manusia juga ikut menyumbang proses kepunahan spesies.

Ekosistem lingkunganyang sehat akan mempertahankan keanekaragaman hayati, menyediakan air dan udarabersih, sumber daya alam, pangan, serta mengurangi bencana.

Hari LingkunganHidup Sedunia, ujar Karliansyah, menginspirasi agar pemerintah bersamamasyarakat berkomitmen untuk menjaga alam, mengurangi pencemaran dan kerusakanlingkungan, serta menegakkan hukum lingkungan.

Dunia usaha dimintauntuk ikut berperan menjaga keberlanjutan dengan menggunakan aktivitas yangramah lingkungan. Masyarakat dan komunitas bersama menjaga agar melestarikandan mengembalikan ekosistem yang rusak.

Ilustrasi Lingkungan Dunia (Klik Hijau)

HariLingkungan Hidup Sedunia setiap tahunnya selalu diperingati di berbagai belahandunia.

Bagaimanasejarah penetapan 5 Juni sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia?

Awalnya,usulan agar adanya Hari Lingkungan Hidup Sedunia diajukan oleh Jepang danSenegal dalam Konferensi Stockholm, yang merupakan konferensi pertama PBB soallingkungan hidup manusia pada 1972.

Konferensiberlangsung di Stockholm, Swedia, pada 5-16 Juni 1972. 

Akhirnya,keputusan akhir Konferensi Stockholm, salah satunya menyepakati penetapan 5Juni, yang merupakan tanggal pembukaan konferensi, sebagai Hari LingkunganHidup Sedunia.

Kondisi saat itu, berbagai persoalan lingkungan menimbulkankeresahan bersama. Di sejumlah wilayah di Eropa dilanda kabut asap, sementaradi Jepang mewabah penyakit Minamata.

Sementara,pada 1960-an, pembangunan dan pembakaran hutan terjadi di mana-mana, limbahindustri tidak dikelola dengan baik, dan berbagai persoalan lainnya yangmembawa dampak terhadap lingkungan.

Adapun,delegasi Indonesia dalam Konferensi Stockholm dipimpin oleh Emil Salim, yangmenjabat sebagai Menteri Negara Penertiban Aparatur Negara dengan anggotadelegasi dari berbagai departemen (Ist-abh).

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.