
SURABAYA (Lenteratoday) - Polemik penggembokan SMK Prapanca oleh Drs. Soewandi, sang mantan Kepala Sekolah telah berakhir, setelah mediasi yang ke-7 kalinya.
Hari ini, (Senin, 4/9/2023) telah dilakukan Pembukaan kembali gerbang sekolah SMK Prapanca 2 oleh Kepala Kepolisian Resor Kota Besar (Kapolrestabes) Surabaya, Kombes Pol Pasma Royce, diikuti segenap Jajaran Yayasan Pendidikan Wartawan Jawa Timur (YPW-JT), pihak Soewandi, serta seluruh siswa.
"Hari ini dengan disaksikan oleh para pihak, baik dari Dinas Pendidikan, juga para wali murid, para guru, dan seluruh siswa untuk dibuka bersama-sama sekolah SMK Prapanca 2 ini. Sehingga hak-hak murid untuk bisa belajar dan menuntut ilmu di tempat yang memang menjadi sebagaimana mestinya, itu bisa dilakukan dan dilaksanakan," ucap Pasma.
Ia juga menjelaskan, bahwa pada polemik ini ada satu proses persoalan yang berkaitan secara hukum pidana dan perdata. Setelah pihaknya menerima laporan adanya polemik ini, pihaknya memerintahkan Kepala Satuan Reserse dan Kriminal (Kasat Reskrim) untuk intens menangani dan mencari formula solusi atas persoalan ini. Maka dengan pertemuan ketujuh dengan para pihak, meliputi YPW-JT dengan Soewandi, kedua belah pihak dapat saling berdamai dan memahami, sehingga polemik ini bisa diselesaikan.
"Insya Allah ini semua sudah selesai semuanya, dan ini akan terus SMK Prapanca 2 anak-anaknya bisa belajar dan memanfaatkan fasilitas yang sudah ada ini," ungkapnya.
Kombes Pol Pasma juga menjelaskan, bahwa dalam penyelesaian ini digunakan Restorative Justice, sebagaimana arahan dan perintah dari Kepala Kepolisian Republik Indonesia, terkait dengan segala proses hukum yang bisa dilakukan melalui mekanisme Restoratif Justice, maka harus selesaikan. Dengan ini, semua pihak telah saling menyadari dan melakukan perdamaian.
Begitu pula dengan Ketua YPW-JT, Imawan Mashuri. Baginya, pihak kepolisian telah melakukan sesuatu yang luar biasa. Ia berpendapat bahwa polisi betul-betul melaksanakan asas ultimum remedium, totalitas, dan sangat prepare pada proses mediasi untuk perdamaian ini. Ia membeberkan, selama 8 jam berdiskusi, 8 jam itu juga semua bidang berjalan secara disiplin.
"Hari ini saya terharu sekali karena anak-anak yang selama ini tidak bisa sekolah, sekarang bisa sekolah dengan baik. Selama ini anak-anak kami tampung di tempat tercecer-cecer di luar. Kami punya keterbatasan yang karena adanya persoalan, sehingga tidak bisa masuk ke sini. Maka polisi ambil langkah masalah pelaporan kami. Dan langkah yang dilakukan ini sangat luar biasa. Saya nggak mengira modelnya begitu dalam rangka memediasinya," ungkap Imawan saat ditemui usai prosesi pembukaan gerbang.

Marsya Atikah Rahmah dan Aisyah Rufaidah Aulia, dua siswa kelas XI Akuntansi SMK Prapanca mengaku senang dengan pembukaan kembali sekolah mereka. Mereka mengungkapkan, sebelumnya merasa sedih karena tak bisa semaksimal mungkin seperti sekolah yang lain, karena kurangnya fasilitas pembelajaran. "Sedih karena nggak bisa menempati gedung sendiri," ungkap Aisyah.
"Harapannya bisa kembali jaya kayak SMK Prapanca 2 yang dulu lagi," ucap Marsya. (*)
Reporter : Jannatul Firdaus | Editor : Lutfiyu Handi