
JAKARTA (Lenteratoday)-Suhu panas terik dikeluhkan sebagian besar masyarakat saat ini. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati pun mengupdate kondisi iklim terkait ramalan musim hujan muncul.
Diketahui, September yang biasanya sudah mulai hujan, saat ini malah masih kemarau."Jadi sesuai hasil prediksi, puncak El Nino itu bulan September. Namun tadi kami juga dari data satelit yang terkini, kita melihat Oktober ini tampaknya belum turun. Jadi puncak ini masih bertahan diprediksi sampai akhir Oktober," kata Dwikorita di Istana Kepresidenan, dikutip Rabu (4/10/2023).
"Dan bulan November mulai terjadi transisi dari kemarau ke musim hujan," sambungnya.
Kenaikan suhu menyebabkan adanya peningkatan kelembapan di atmosfer yang terdapat di Samudera Pasifik. Adanya peningkatan membentuk awan di samudra dan karena peningkatan pembentukan awan dapat meningkatkan tekanan udara di Samudera Pasifik juga meningkat.
"Jadi sebenarnya El Ninonya masih akan berlangsung diprediksi dari moderat sampe akhir tahun dan melemah di bulan Februari-Maret, dan berakhir di bulan Maret, artinya masih cukup panjang beberapa bulan ke depan," jelas dia.
Dikatalannya, hujan bisa turun lebih sering di November karena ada angin monsoon."Namun alhamdulillah karena adanya angin monsoon dari arah Asia sudah masuk mulai November. Jadi kita insyaallah akan mulai turun hujan di bulan November. Artinya pengaruh El Nino akan mulai tersapu oleh hujan," ungkap Dwikorita.
"Sehingga diharapkan kemarau kering insyaallah berakhir secara bertahap. Ada yang sebelum November, tapi sebagian besar mulai November, ada yang lebih mundur lagi," tutup Dwikorita.
BRIN: Panas Ekstrem Puncaknya di Oktober
Di sisi lain, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan puncak kemarau terik di Indonesia yang menyebabkan suhu panas ekstrem diprediksi mencapai puncak pada Oktober 2023.
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Eddy Hermawan mengatakan, saat kondisi normal musim kemarau terjadi pada Juni sampai Agustus, namun akibat pengaruh El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) bergeser ke Oktober.
"Sekarang El Nino positif dan IOD juga positif, keduanya mencapai puncak sekitar Oktober 2023," ujarnya.
Kedua fenomena osilasi suhu air permukaan laut--El Nino di Samudera Pasifik dan IOD di sebelah barat Samudera Hindia--menyebabkan negara yang terletak di garis khatulistiwa seperti Indonesia merasakan dampak cukup masif.
Beberapa daerah di Indonesia yang diprediksi mengalami suhu panas ekstrem, di antaranya Kota Surabaya dengan suhu tertinggi diprediksi mencapai 43 derajat celcius, Kota Semarang mencapai 40 derajat celcius, dan Jakarta dengan suku udara maksimum 37 derajat celcius pada pertengahan Oktober 2023.
Reporter:dy,rls/Editor: widyawati