
SURABAYA (Lenteratoday) - Ternyata ada "harta karun" tersimpan di perairan utara Pulau Bali. Penemuan "harta karun" itu diungkap Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang menemukan adanya potensi sumber daya gas diperkirakan mencapai 4 triliun kaki kubik (Tcf).
Dikutip dari cnbcindonesia, Jumat (6/10/2023), Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Tutuka Ariadji, mengatakan potensi gas yang berada di perairan utara bali itu digadang-gadang hampir sama dengan yang ditemukan Eni di Blok North Ganal belakangan ini.
"Ya prospeknya istilahnya kalau kita itu ada kemungkinan bisa dan jumlah yang tidak kecil. Tidak sebesar Masela, tapi tidak kecil. Ya mungkin ukurannya sama kayak Andaman atau yang kemarin ditemukan ENI itu," kata Tutuka usai acara Penghargaan Keselamatan Migas tahun 2023 pada Rabu (4/10/2023).
Menurut Tutuka perkiraan potensi yang ada di perairan utara Bali tersebut berasal dari studi lama yang dikerjakan Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi (BBPMG) Lemigas dan perusahaan migas asal Inggris yakni BP.
"Itu sebenarnya sudah studi lama, join study sebelumnya dengan Lemigas juga terus sama BP. Kalau menurut kami potensinya ya harus dibor juga, kan sekarang model seismik harus dibor, tapi kalau secara ilmiah berpotensi untuk bisa ada jebakan lah. Potensinya juga tidak kecil," kata dia.
Sebagaimana diketahui, BP belum lama ini menandatangani dua kontrak kerja sama (PSC) Wilayah Kerja (WK) atau blok minyak dan gas bumi (migas) yakni Blok Agung I dan Blok Agung II.
Blok Agung I mencakup wilayah seluas 6.656 km2 laut dalam lepas pantai Bali dan Jawa Timur, sedangkan Blok Agung II berlokasi di laut dalam lepas pantai Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat dan Jawa Timur meliputi wilayah seluas 7.970 km2.
Wilayah ini belum tereksplorasi namun mempunyai potensi sumber daya gas yang potensial, dan dekat dengan wilayah dengan permintaan gas yang meningkat.
Seperti diketahui, ketertarikan BP terhadap sektor hulu migas di Indonesia masih cukup besar. Pasalnya, di saat BP melepas beberapa proyek migasnya di beberapa negara lain, perusahaan masih tetap bertahan di Indonesia. (*)
Sumber : CNCB Indonesia | Editor : Lutfiyu Handi