
NGANJUK (Lenteratoday) -Dua bangunan bunker peninggalan Jepang di Desa Mojoduwur, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, hingga kini masih utuh dan menjadi saksi sejarah.
Berlokasi di lereng Gunung Wilis, bunker-bunker ini memiliki bentuk melengkung setengah lingkaran dengan satu pintu masuk. Dimensinya mencapai panjang sekitar 11 meter, tinggi luar 3 meter, tinggi dalam 2,5 meter, dan lebar sekitar 6,3 meter.
Menurut Aries Trio Effendi, seorang pengamat sejarah dan budaya Nganjuk bunker tersebut dibangun sekitar tahun 1942. Bunker-bunker ini awalnya digunakan oleh Jepang sebagai tempat perlindungan dan pertahanan melawan pasukan Sekutu.
''Kalau kita lihat sumber-sumber dokumen maupun saksi mata ataupun pelaku yang jelas ketika Jepang memasuki wilayah Nganjuk mencari tempat atau wilayah-wilayah untuk perlindungan,’’ tuturnya saat dikonfirmasi Lenteratoday, Selasa (31/10/2023).
Sebelum Jepang menduduki wilayah Indonesia, pihak Indonesia sudah mendapat informasi yang tepat tentang rencana tindakan Jepang.
Aries menjelaskan bahwa ketika pasukan Jepang tiba di Nganjuk, mereka mengarah ke selatan, dengan kecenderungan mencari tempat perlindungan, seperti bunker, tebing, dan gua.
"Jepang memiliki ciri khas dengan mencari tempat perlindungan yang efektif, seperti bunker-bunker, formasi alam seperti tebing-tebing, dan goa-goa. Mereka tidak hanya membangun bunker, tetapi juga mendirikan asrama batalyon militer," bebernya.
Menurut Sarmin, seorang warga Desa Mojoduwur, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, tempat bersejarah tersebut kini telah mengalami perubahan dalam penggunaannya dan daya tariknya bagi berbagai kelompok masyarakat.
''Sekarang tempat ini sering dikunjungi anak muda dibuat foto-foto dan tempat mencari pusaka untuk orang-orang yang percaya mistis,’’ tandasnya.
Reporter: Abdillah Qomaru|Editor: Arifin BH