19 April 2025

Get In Touch

Diskopindag Kota Malang Gencarkan Sosialisasi Penggunaan QRIS di Masyarakat

(Ilustrasi) Pedagang di Pasar Bunulrejo Kota Malang yang telah menerapkan pembayaran cashless menggunakan QRIS. (Santi/Lenteratoday)
(Ilustrasi) Pedagang di Pasar Bunulrejo Kota Malang yang telah menerapkan pembayaran cashless menggunakan QRIS. (Santi/Lenteratoday)

MALANG (Lenteratoday) – Masih banyak masyarakat di Kota Malang yang belum dapat menerapkan metode pembayaran elektronik atau cashless dengan sistem Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Hal tersebut juga terjadi di sebagian besar kalangan pedagang pasar rakyat yang ada di Kota Malang.

Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Diskopindag) Kota Malang, Eko Sri Yuliadi, mengkonfirmasi bahwa masih banyak pedagang di pasar rakyat yang belum mampu untuk memahami pembayaran transaksi secara elektronik. Oleh karena itu, pihaknya berencana untuk terus menggencarkan literasi keuangan digital di kalangan pedagang.

“Itu kami terus sosialisasi dan edukasi. Tapi karena QRIS itu kan tidak semua sudah bisa, artinya harus melihat pedagang pasar ini secara kemampuan berbeda-beda. Kalau mahasiswa atau anak muda bisa pakai QRIS. Tapi bagaimana dengan pedagang tradisional, kalau merubah perilaku perlu waktu. Ini memang hambatan di Diskopindag, salah satunya itu,” ujar Eko, saat dikonfirmasi awak media, Kamis (9/11/2023).

Meskipun permintaan opsi pembayaran melalui QRIS juga cukup tinggi di kalangan pembeli. Namun Eko juga mengaku bahwa penerapan digitalisasi kepada para pedagang, membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Dalam hal ini, pihaknya menyebut akan melakukan konsep cashless secara bertahap, dengan menerapkannya di pasar-pasar yang telah mengalami revitalisasi, sebelum akhirnya diterapkan di seluruh pasar rakyat Kota Malang.

“Memang targetnya semua pasar, tapi bertahap dan sebagian sudah diterapkan. Jadi sekarang memang ada yang pakai QRIS, ada yang tidak. Ada 5 pasar yang sudah pakai QRIS tapi tentu bervariasi kemampuan pedagangnya. Yaitu Pasar Oro Oro Dowo, Pasar Bunulrejo, Pasar Klojen, Pasar Kotalama dan Pasar Kasin,” jelasnya.

Tak hanya itu, demi mengoptimalkan digitalisasi pasar di Kota Malany. Eko juga menyampaikan telah membentuk program "Milenial Ke Pasar." Di mana program tersebut mewajibkan anak-anak musa untuk lebih sering berbelanja dan berbisnis di pasar, dengan mengenalkan sistem digital. Tujuannya, sambung Eko, agar pedagang tradisional juga makin terbiasa dengan ekosistem digital.

“Kita memang mengarah ke san, untuk digitalisasi pasar secara penuh. Karena tidak memungkiri, literasi pasar digital ini nantinya juga akan berpengaruh kepada kesejahteraan masyarakat, di samping juga meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) kita melalui retribusi," pungkasnya. (*)

Reporter: Santi Wahyu | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.