
Kediri - Di tengah pandemi Covid-19 seperti ini, diperlukan kreativitas dan kejelian guna mempertahankan usaha. Usaha pembuatan masker kini menjadi primadona di tengah pandemi, pasalnya masker sangat dibutuhkan semua orang untuk melindungi diri dari penularan.
Tak heran saat ini banyak pengusaha banting stir membuat masker dengan harapan mampun mendulang keuntungan di tengah pandemi. Akibatnya, terjadi persaingan ketat dalam memasarkan masker buatan mereka.
Persaingan ketat itulah dibutuhkan kreativitas, agar produk yang dihasilkan lain dari pada yang lain. Seperti perajin tenun ikat Kota Kediri kraeatif dan jeli dalam memproduksi masker kain, atas inisiatif Pemkot Kediri disarankan membuat masker beritsleting, unik dan belum banyak yang memproduksi.
Ide membuat masker beresleting berangkat dari keprihatinan terhadap petugas parkir yang menggunakan masker kesulitan menggunakan peluit jika saat bekerja. Mereka harus membuka masker dan menggantungkan di leher karena tidak bisa meniup peluit. Maka dibutuhkan masker namun tetap bisa meniup peluit tanpa harus melepasnya.
Kewajiban memakai masker berlaku untuk semua orang dan profesi. Namun susah untuk petugas parkir sebab setiap saat harus meniup peluit. Maka, perajin masker tenun ikat Kota Kediri berkreasi membuat masker menggunakan ritsleting.
“Saya minta perajin masker dari tenun ikat kediri untuk membuat masker beritsleting. Jadi bisa dibuka bila pakai peluit,” kata Nur Muhyar, Plt. Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) telah memesan 50 lembar masker sebagai percobaan.
Lebih lanjut Nur Muhyar mengaku memotivasi para perajin pantang menolak pesanan dengan tujuan agar penenun tetap berproduksi, penjahit tetap mendapatkan order. Terbukti, upaya pemesanan masker ini bisa menggerakkan perekonomian para penenun dan penjahit.
Menurut Erwin, pemilik usaha Tenun Bandoel di sentra tenun ikat Bandar Kidul, Kecamatan Mojoroto, mengatakan semula punya asumsi sulit karena rumit membuat masker yang beritsleting.
“Jadi tidak bisa cepat karena belum terbiasa, namun lama kelamaan ngga ada masalah. Ini merupakan tantangan baru, dan kami akhirnya bisa memproduksinya dan pesanan Disperdagin telah diselesaikan ” kata Erwin, Sabtu (13/06/2020).
Sebelumnya, Erwin mengaku pernah menerima pesanan ribuan masker lipat seperti pada umumnya dan telah menyelesaikan dari Disperdagin, Kini dia mengaku tertantang untuk membuat masker yang beda dengan pada umumnya.
Pada masa pandemi, para perajin tenun ikat sepi pesanan. Bahkan beberapa pesanan yang sudah selesai diproduksi pun tidak diambil karena PSBB dan kegiatan tertunda.
Tak hanya itu, menurut Erwin, Walikota Kediri, Abdullah Abu Bakar memberi tantangan kepada para perajin membuat masker yang berbeda. Erwin pun membuat masker dengan desain unik dan bentuknya beda dengan masker tenun ikat yang sudah ada. Bukan masker lipat, melainkan masker dengan 3 lapis, salah satunya dengan kain kapas. Pun dalam pemotongan, Erwin sangat memerhatikan motif sehingga bisa bersambung bila jadi masker.
“Karena mencocokan motif, maka kalau masker lipat selembar tenun bisa jadi 60 buah, kalau masker saya hanya jadi 35 buah,” terang Erwin.
Mengingat bahan yang dibutuhkan lebih banyak, maka Erwin membandrol harga lebih mahal dari masker pada umumnya. Satu lembar masker dibanderol Rp 20.000,-, sedang untuk masker beritsleting seharga Rp 25.000,-. Erwin juga menjual melalui akun medsos dan ternyata peminatnya banyak. Masker yang dibuatnya laris manis.
“Kalau desain yang mamadukan motif dengan dua penjahit hanya mampu memproduksi 50 lembar per hari,” kata Erwin. Pemkot Kediri dengan berbagai upaya terus membangkitkan UMKM pada era pandemi ini. Melalui pemesanan langsung dan juga promosi. (gos)