19 April 2025

Get In Touch

Berselisih dengan Netanyahu, Menhan Israel Work Out dari Rapat Kabinet

Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant berbicara selama konferensi pers bersama dengan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin di Kementerian Pertahanan Israel di Tel Aviv, Israel 18 Desember 2023. REUTERS/Violeta Santos Moura
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant berbicara selama konferensi pers bersama dengan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin di Kementerian Pertahanan Israel di Tel Aviv, Israel 18 Desember 2023. REUTERS/Violeta Santos Moura

SURABAYA (Lenteratoday) - Polemik di internal pemerintahan Israel memanas. Media setempat melaporkan bahwa Menteri Pertahanan (Menhan) Israel, Yoav Gallant, diduga walk out dari rapat kabinet keamanan karena kepala stafnya tidak diizinkan hadir, Sabtu (13/1/2024).

Saluran televisi pemerintah Israel, KAN, mengatakan Gallant meninggalkan pertemuan tersebut dan mencatat "meningkatnya ketegangan di dalam Kabinet Keamanan."

Sementara, Stasiun televisi Channel 13 mengatakan Gallant meminta agar Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tidak mengganggu “urusan pemerintahan.”

Times of Israel juga melaporkan bahwa Gallant, yang awalnya meninggalkan pertemuan karena frustrasi, akhirnya kembali.

Sumber-sumber media Israel mengindikasikan perselisihan yang sedang berlangsung antara Netanyahu dan Gallant mengenai serangan yang terus berlanjut di Jalur Gaza dan perbedaan pandangan mengenai masa depan Gaza.

Sejak pecahnya serangan Israel di Gaza pada 7 Oktober, tentara Israel telah mengintensifkan operasi militer di Tepi Barat. Israel meningkatkan laju invasi dan penggerebekan di kota-kota besar, kecil dan kamp pengungsi, yang mengakibatkan 347 korban jiwa pada hari Sabtu (13/1/2024).

Kehancuran akibat perang di Gaza hingga hari Sabtu (13/1/2024) telah menyebabkan 23.843 kematian, 60.317 luka-luka, kerusakan infrastruktur besar-besaran dan bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya, menurut pihak berwenang di wilayah kantong tersebut dan PBB.

Di sisi lain, ribuan tentara Israel dilaporkan mengalami cacat permanen akibat perang tersebut. Setidaknya ada 4.000 tentara yang menderita cacat permanen, bahkan media setempat juga melaporkan kemungkinan jumlah tersebut bisa bertambah hingga 30.000 orang. Kemudian ada 2.000 tentara yang terserang secara mental. (*)

Sumber : Tempo | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.